Nilai tukar rupiah dibuka melemah 17 poin ke level Rp 14.992 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah diramal kian melemah seiring masih kuatnya sentimen pengetatan moneter The Fed dan jelang rilis data inflasi AS.
Mengutip Bloomberg, rupiah kian melemah ke Rp 14.999 pada pukul 09.28 WIB. Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah terhadap dolar AS.
Won Korsel terkoreksi 0,67%, dolar Taiwan 0,2%, peso Filipina 0,51%, rupee India 0,23%, yuan Cina 0,15%, ringgit Malaysia 0,25%, baht Thailand 0,06% dan dolar Singapura 0,03%. Sebaliknya, yen Jepang menguat 0,25% sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah akan bergerak melemah pada hari ini dengan sentimen The Fed yang semakin menguat dan kekhawatiran pasar terhadap tekanan inflasi. Rupiah diramal melemah ke Rp 15.050 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 14.970 per dolar AS.
Pelemahan rupiah hari ini akan dipengaruhi pasar yang berekspektasi besar bahwa The Fed akan kembali menaikan suku bunga acuannya di bulan Juli ini sebesar 75 bps dan 50 bps pada September. Tekanan inflasi yang masih tinggi dan situasi ketenagakerjaan yang membaik di AS mendorong ekspektasi tersebut. Selain itu, data inflasi konsumen AS bulan Juni yang akan dirilis hari Kamis ini diperkirakan akan mencetak rekor tertinggi baru dalam 49 tahun di level 8,8%.
"Agresivitas the Fed dalam menaikan suku bunga ini melebihi bank sentral lainnya mendorong penguatan dolar AS," kata Ariston dalam risetnya, Selasa (12/7).
Selain itu, meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap inflasi dan resesi mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman dolar AS sehingga mendorong penguatan indeks dolar AS. Dunia dihadapkan pada kenaikan harga energi dan pangan akibat perang yang menyebabkan harga barang konsumsi naik. Ini bakal mengikis daya beli masyarakat dan akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi.
"Di Indonesia sendiri, inflasi terus naik meski negara sudah memberikan subsidi energi yang besar. Lama kelamaan, masyarakat bisa mengurangi konsumsi yang bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri," kata Ariston.
Analis DCFX Lukman Leong juga memperkirakan rupiah masih akan dalam tekanan pada perdagangan hari ini seiring indeks dolar AS yang melanjutkan penguatan. Kurs garuda diperkirakan bergerak di rentang Rp 14.950-Rp 15.100 per dolar AS.
Lebih lanjut, sentimen risk off yang kuat juga melanda bursa saham sehari menjelang rilis data inflasi AS yang dirilis besok. "Tanpa usaha intervensi dari BI, rupiah diperkirakan akan kembali di atas Rp 15.000 per dolar AS," kata Lukman.