Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), kembali menaikkan bunga acuan 75 bps pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Rabu (27/7) waktu setempat. The Fed tidak melihat ekonomi AS saat ini berada dalam jurang resesi sekalipun inflasi dan kenaikan suku bunga menekan konsumsi.
Suku bunga sudah dinaikkan dalam empat pertemuan beruntun dengan total kenaikan mencapai 225 bps dan kini berada di level 2,25%-2,5%. Kenaikan bunga 75 bps dalam dua pertemuan terakhir, yakni Juni dan Juli, merupakan tindakan paling agresif yang pernah diambil The Fed sejak mereka memperkenalan suku bunga dana overnight sebagai alat utama kebijakan moneternya pada awal 1990-an.
"Ketika sikap kebijakan moneter semakin ketat, kemungkinan akan menjadi tepat untuk memperlambat laju kenaikan sembari memantau bagaimana penyesuaian kebijakan kami mempengaruhi ekonomi dan inflasi, ” kata Gubernur The Fed Jerome Powell dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (28/7).
Kenaikan 75 bps tersebut membawa suku bunga The Fed ke level tertingginya sejak akhir 2018. Kenaikan bunga secara langsung akan berpengaruh terhadap bunga pinjaman antar bank. Kenaikan ini juga akan berpengaruh terhadap sejumlah produk konsumen seperti hipotek, pinjaman untuk kendaraan, dan kartu kredit.
Powell dalam keterangannya juga menyebut indikator pengeluaran dan produksi kini telah melunak. Meski demikian, kondisi ketenagakerjaan masih terjaga dengan tingkat pengangguran yang tetap rendah dan penyerapan tenaga kerja baru yang kuat.
Oleh sebab itu, ia tidak melihat ekonomi AS saat ini berada dalam resesi, meskipun pertumbuhan negatif pada kuartal pertama dan diperkirakan pertumbuhan nyaris kembali negatif pada kuartal kedua. Pertumbuhan ekonomi terkontrkasi 1,6% year on year (YOY) pada kuartal pertama dan perkiraan Dow Jones akan positif 0,3% pada kuartal kedua.
"Alasan sebenarnya adalah pasar tenaga kerja telah menjadi sinyal kekuatan ekonomi yang begitu kuat sehingga membuat anda mempertanyakan data PDB," kata Powell.
Pasar kini berekspektasi The Fed akan menaikkan bunga sebesar 50 bps pada pertemuan September. Kenaikan diperkirakan masih agresif sekalipun Powell sudah menyebut bisa memperlambat kenaikan untuk asesmen sejauh mana dampaknya terhadap ekonomi.
Pasar memperkirakan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada musim panas mendatang. Meski demikian, proyeksi komite yang dirilis pada Juni menunjukkan tampaknya tidak akan ada pemangkasan setidaknya sampai 2024.
Bersama dengan kenaikan bunga, The Fed juga merespon tekanan inflasi dengan mengurangi kepemilikan asetnya yang telah membuat neraca bank sentral menjadi gemuk hingga mencapai US$ 9 triliun. Pengurangan aset jatuh tempo mulai dilakukan mulai bulan lalu. Neraca The Fed kini sudah turun hingga US$ 16 miliar.
Sebelumnya, Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 150 basis poin (bps) sepanjang semester pertama 2022. The Fed mulai menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke kisaran 0,25-0,5% pada Maret 2022 untuk meredam inflasi pangan dan energi di negerinya.