Bank Sentral Turki Pangkas Suku Bunga di Tengah Inflasi yang Capai 80%

ANTARA FOTO/REUTERS/Murad Sezer/aww/cf
Ilustrasi. Inflasi Turki pada Juli mencapai hampir 80% secara tahunan.
Penulis: Agustiyanti
19/8/2022, 11.46 WIB

Bank Sentral Turki mengagetkan pasar dengan keputusannya memangkas suku bunga acuan di tengah inflasi yang mencapai 80%. Tingkat bunga acuan di negara tersebut dipangkas dari 14% menjadi 13% di saat hampir seluruh bank sentral di berbagai belahan dunia menaikan suku bunga. 

"Ini adalah langkah bodoh. Mereka punya uang tunai di saku mereka dari Rusia dan negara Teluk sehingga berpikir bisa menurunkan suku bunga dan menahan Lira" ujar Timothy Ash, ahli strategi pasar negara berkembang senior di BlueBay Asset Management.

Pemerintah Turki telah menunjukkan tawaran diplomatik ke beberapa negara Teluk yang kaya minyak, memperbaiki hubungan yang sebelumnya tegang untuk menarik investasi yang sangat dibutuhkan. Turki juga tetap terbuka untuk bisnis dan perdagangan dengan Rusia meskipun ada sanksi Barat dan invasi Rusia ke Ukraina. 

Mata uang Turki, Lira telah turun 0,9% menjadi 18,1 lira per dolar AS setelah berita penurunan suku bunga, rekor terendah.

Analis sebelumnya memperkirakan tidak ada perubahan terhadap suku bunga. Langkah bank sentral Turki yang menaikkan suku bunga telah mengejutkan pasar. 

Inflasi Turki pada Juli mencapai 79,6% secara tahunan, tertinggi dalam 24 tahun terakhir. Negara ini bergulat dengan biaya makanan dan energi. Lima tahun lalu, Lira diperdagangkan 3,5 per dolar AS, tetapi saat ini mencapai 18,1 per dolar AS. 

"Lonjakan harga konsumen telah memukul negara dengan populasi 84 juta dengan keras. Hanya sedikit yang memiliki harapan untuk perbaikan dalam waktu dekat berkat perang Rusia-Ukraina, harga energi dan pangan yang tinggi, dan lira yang melemah tajam," katanya. 

Turki telah menikmati pertumbuhan pesat di tahun-tahun sebelumnya, tetapi Erdogan selama beberapa tahun terakhir menolak untuk memperketat kebijakan untuk meredakan inflasi. Ia bahkan  menggambarkan suku bunga sebagai “ibu dari segala kejahatan.”

Hasilnya adalah mata uang Turki anjlok dan daya beli masyarakat terpukul. Lira telah kehilangan 26% nilainya terhadap dolar tahun ini dan telah jatuh 80% dalam lima tahun terakhir. Erdogan menginstruksikan bank sentral negara itu, yang menurut para analis tidak memiliki independensi darinya, untuk secara konsisten memangkas suku bunga pinjaman pada 2020 dan 2021, bahkan ketika inflasi terus meningkat.

Kepala bank sentral yang menyatakan sikapnya sebagai oposisi dipecat. Bank sentral Turki telah melihat empat gubernur berbeda dalam dua tahun.

Pemerintah Turki saat ini menggunakan berbagai metode tidak konvensional untuk menopang lira, yang sebagian besar melibatkan pengeluaran cadangan devisa yang signifikan atau memblokir pinjaman lira kepada perusahaan yang dianggap memegang terlalu banyak mata uang asing, yang oleh banyak ekonom diperingatkan tidak berkelanjutan.

Capital Economics yang berbasis di London menekankan  akan ada lebih banyak masalah ke depan untuk Turki. Langkah terbaru ini bisa menjadi pemicu krisis mata uang lainnya," kata Jason Tuvey, ekonom senior pasar negara berkembang perusahaan.