Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan kebijakan suku bunga yang rendah pada pertemuan Dewan Gubernur BI yang akan dilakukan Selasa (23/8). Perkiraan ini didapatkan dari jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters kepada sejumlah ekonom.
Seperti diketahui, BI adalah salah satu dari sedikit bank sentral utama Asia yang belum menaikkan suku bunga dari tingkat era pandemi Covid-19. Padahal, banyak negara telah menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi yang tinggi.
Dalam jajak pendapat 12-19 Agustus, 16 dari 27 ekonom memperkirakan, bahwa BI akan mempertahankan benchmark tujuh hari tingkat pembelian kembali tidak berubah pada 3,5% pada pertemuan 23 Agustus mendatang. Hanya 11 ekonom yang memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%.
Mengutip Reuters, Jumat (19/8), seruan untuk kenaikan suku bunga meningkat setelah pertumbuhan ekonomi kuartal terakhir menunjukkan laju pertumbuhan melebihi ekspektasi. Namun, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, BI hanya akan menaikkan suku bunga jika inflasi inti terus meningkat.
Sebagai informasi, inflasi indeks harga konsumen (IHK) atau headline inflation Indonesia naik ke level tertinggi tuju tahun sebesar 4,94% pada Juli lalu. Namun, inflasi inti tercatat sebesar 2,86% dan masih dalam kisaran target BI, yakni 4%.
"Alasan utama BI untuk menahan suku bunga adalah karena inflasi inti yang jinak, yang mencerminkan bahwa pemulihan permintaan belum cukup kuat untuk siklus kenaikan suku bunga. BI akan menunggu sampai inflasi inti memanas. Selain itu, rupiah masih cukup tangguh" kata Ekonom Bank Danamon Indonesia Irman Faiz, dikutip dari Reuters.
Di antara 13 dari 16 ekonom yang mengatakan BI akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan mendatang, 10 ekonom memperkirakan akan ada perubahan kebijakan pada September. Sementara, tiga ekonom memperkirakan BI akan menunggu hingga kuartal IV untuk menaikkan suku bunga.
Beberapa ekonom telah memperingatkan tentang tekanan arus keluar modal jika Indonesia mempertahankan suku bunga. Sebab negara lain telah menaikkan suku bunga, yang akan menambah tekanan lebih lanjut pada rupiah, yang telah turun sekitar 4% tahun ini.
Jajak pendapat Reuters juga mengungkapkan, bahwa para ekonom memperkirakan pengetatan lebih lanjut ke depan. Angka tersebut terlihat mencapai 4,25% pada akhir 2022, dengan delapan dari 22 tingkat perkiraan akan lebih tinggi lagi.
Di antara sampel responden yang lebih kecil yang memiliki pandangan hingga akhir tahun 2023, 10 dari 15 melihat tingkat suku bunga 4,75% atau lebih tinggi, termasuk enam yang memperkirakan biaya pinjaman mencapai 5,00% atau lebih tinggi - di mana mereka berada sebelum pandemi.