BREAKING NEWS: BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 3,75%

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan inflasi meningkat dan mencapai di atas 4% pada akhir tahun ini.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
23/8/2022, 14.26 WIB

Bank Indonesia menaikkan  suku bunga acuannya sebesar 25 bps ke level 3,75%, meninggalkan suku bunga terendah sepanjang sejarah yang telah dipertahankan selama 17 bulan berturut-turut. Keputusan BI diambil di tengah rencana kenaikan BBM dan inflasi yang merangkak naik. 

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7 days reverse repo rate sebesar 25 bps menjadi 3,75%," Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers hasil Rapat Dewan Gubernur bulan Agustus 2022, Selasa (23/8).

Suku bunga fasilitas simpanan alias deposito facility naik menjadi 3%. Demikian pula dengan bunga pinjaman atau lending facility yang naik menjadi 4,5%. BI telah mempertahankan suku bunga acuan sejak Februari 2021. 

Menurut Perry, keputusan kenaikan suku bunga merupakan langkah preventif dan forward looking, mengingat adanya risiko kenaikan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM nonsubsidi dan pangan.

"Kebijakan ini untuk memperkuat stabilitas rupiah dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat," kata dia. 

Perry mengatakan, perekonomian global diperkirakan lebih rendah dibandingkan prediksi sebelumnya dengan risiko stagflasi yang meningkat. Dua ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat dan Cina menunjukkan tanda-tanda perlambatan, sedangkan tekanan inflasi global terus meningkat. 

"Volume perdagangan dunia diperkirakan lebih rendah seiring perlambatan ekonomi dunia. Hal ini membuat ketidakpastian di pasar keuangan global masih tinggi," kata dia. 

Kondisi tersebut, menurut dia, menyebabkan aliran modal asing masuk masih terbatas dan menekan nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Di sisi lain, perbaikan ekonomi domestik tetap berlanjut. Ekonomi kuartal II berhasil tumbuh mencapai 5,44% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan perkiraan dan kuartal sebelumnya. Perbaikan ekoomi nasional juga tercermin pada perbaikan pertumbuhan hampir seluruh lapangan usaha.

Pertumbuhan ekonomi secara spasial juga merata, dengan sumbangan berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Ke depan, menurut dia, pertumbuhan ekonomi masih akan tetap tinggi. Berbagai indikator dini perekonomian pada Juli dan hasil survei BI terkait keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan PMI menunjukkan perbaikan.

"Dari sisi eksternal, kinerja ekspor tetap positif di tengah melambatnya perkeonomian global. Dengan Perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan bias ke atas dalam kisaran BI 4,5% hingga 5,3%," ujarnya.

Di sisi lain, inflasi masih terjaga meski menunjukkan tren kenaikan meski pemerintah masih menahan harga BBM tertentu. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli tercatat sebesar 4,94% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan sebelumnya sebesar 4,35%.

Inflasi pangan bergejolak sangat tinggi mencapai 11,47%. Demikian pula dengan inflasi harga yang diatur pemerintah yang mencapai 6,51% karena kenaikan harga tiket dan BBM tertentu. Sementara itu, inflasi inti masih rendah sebesar 2,86% didukung konsistesi BI menjaga ekspektasi inflasi. 

"Namun ke depan, IHK diperkirakan meningkat didorong masih tingginya harga pangan dan kesenjangan pasokan," ujarnya. 

Perry juga melihat inflasi inti berisiko meningkat karena kenaikan harga BBM nonsunsidi, inflasi pangan yang bergejolak, dan menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. BI memperkirakan inflasi hingga akhir tahun ini dan tahun depan akan berada di atas perkiraan sebesar 25 hingga 4%. 

"Maka perlu sinergi lebih kuat antara pusat dan daerah." katanya.