Rupiah Melemah 14.845/US$ Menjelang Pengumuman Kenaikan Harga BBM

ANTARA FOTO/Subur Atmamihardja/wsj/foc.
Teller memegang mata uang Dolar AS dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang, Jakarta.
Penulis: Abdul Azis Said
31/8/2022, 09.46 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah dua poin ke level Rp 14.845 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Wacana kenaikan harga BBM bakal memberi koreksi ke rupiah hari ini, tetapi kurs garuda juga berpotensi menguat berkat data manufaktur Cina yang membaik.

Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke arah Rp 14.853 pada pukul 09.15 WIB. Ini semakin jauh dari level penutupan kemarin di level Rp 14.843 per dolar AS.

Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi pagi ini. Pelemahan juga dialami dolar Singapura 0,07%, dolar Taiwan 0,12%, won Korea Selaran 0,17% dan baht Thailand 0,21%. Sebaliknya, penguatan dialami rupee India 0,64%, yuan Cina 0,03%, ringgit Malaysia 0,31%, peso Filipina 0,03% dan yen Jepang 0,15%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra melihat rencana kenaikan harga BBM subsidi bisa menekan rupiah. Namun, data perbaikan manufaktur Cina memberi sentimen lebih signifikan sehingga rupiah diramal bisa menguat ke arah Rp 14.800, dengan potensi pelemahan di Rp 14.880 per dolar AS.

"Potensi tekanan terhadap rupiah juga bisa datang dari kekhawatiran kenaikan inflasi dalam negri karena rencana kenaikan BBM subsidi ke depan. Inflasi bisa menurunkan daya beli yang akan menekan laju pertumbuhan ekonomi," kata Ariston dalam risetnya, Rabu (31/8).

Wacana kenaikan harga BBM subsidi telah bergulir beberapa pekan terakhir. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif juga memberi sinyal kenaikan harga dilakukan segera. "Tunggu saja besok," ujarnya di Bali, kemarin.

Sentimen pelemahan juga masih akan berlanjut karena pasar keuangan masih dibayangi oleh ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif sebesar 75 bps di bulan September.  Terbaru, Gubernur The Fed New York, John Williams memberi komentar dukungan untuk mempertahankan level bunga tinggi hingga tingkat inflasi AS turun signifikan.

Seperti diketahui, The Fed sudah mengerek bunga 225 bps dalam empat pertemuannya terakhir. Kenaikan bunga signifikan 75 bps dilakukan dalam dua pertemuan beruntun pada Juni dan Juli. The Fed menaikkan bunga demi menekan inflasi kembali ke target 2% dari posisi saat ini masih di atas 8%.

Meski demikian, Ariston optimiatis rupiah masih bisa menguat hari ini berkat data manufaktur Cina yang menunjukkan perbaikan. Indeks PMI manufaktur Cina bulan Agustus di level 49,4 poin yang berarti masih terkontrakis. Tetapi indeksnua di atas ekspektasi sebesar 49,2 poin dan lebih tinggi dari bulan lalu di 49,0.

"Aktivitas manufaktur Cina masih dalam fase kontraksi tapi masih lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Sementara aktivitas sektor jasa Cina masih dalam kisaran pertumbuhan," kata Ariston.

Analis Bank Mandiri Rendy Eka Putri memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.813-Rp 14.876 per dolar AS. Rupiah masih berhasil menguat karena fundamental ekonomi domestik yang membaik, sehingga capital inflow masih masuk ke pasar di tengah kebijakan hawkish The Fed.

"Pasar akan mengantisipasi rilis data tenaga kerja AS yang akan menjadin katalis tambahan terhadap pergerakan dolar AS," kata dia dalam risetnya.

Sementara, kenaikan harga BBM masih menjadi faktor yang akan diantisipasi pasar.  Namun selama belum ada kepastian kenaikannya maka pengaruhnya terhadap nilai tukar juga dinilai masih terbatas. 

 

Reporter: Abdul Azis Said