Nilai tukar rupiah dibuka melemah 21 poin ke level Rp 14.864 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah didorong sentimen The Fed, sementara pasar kini juga menanti rilis data inflasi domestik yang diramal menunjukkan sedikit penurunan.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan dari posisi pembukaan ke level Rp 14.869 pada pukul 09.20 WIB. Ini semakin jauh dari level penutupan kemarin di Rp 14.843 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang terkoreksi 0,39% bersama dolar Singapura 0,18%, dolar Taiwan 0,26%, won Korea Selatan 0,84%, peso Filipina 0,37%, yuan Cina 0,15%, ringgit Malaysia 0,17% dan baht Thailand 0,29%. Sebaliknya, rupee India menguat 0,64% bersama dolar Hong Kong 0,02%.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah hari ini dengan menguatnya ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed. Rupiah diramal melemah ke arah Rp 14.900, dengan potensi penguatan ke level Rp 14.840 per dolar AS.
"Terkait isu kebijakan moneter the Fed ini, Bank Indonesia juga memberikan gambaran bahwa isu ini masih memberikan tekanan terhadap rupiah," kata Ariston dalam risetnya, Kamis (1/9).
Pasar menanti pertemuan pembuat kebijakan The Fed pada 21 dan 22 September mendatang. Pasar mengantisipasi kenaikan bunga bisa sebesar 50-75 bps. Kenaikan bunga agresif sudah diambil The Fed dengan menaikkan bunga 75 bps dalam dua pertemuan beruntun pada Juni dan Juli demi menekan inflasi turun ke arah 2%.
Selain tertekan sentimen The Fed, pelemahan rupiah juga terserat sentimen negatif terhadap aset berisiko pagi ini. Indeks saham Asia bergerak melemah. Ini bisa memberikan tekanan ke rupiah hari ini.
Indeks Nikkei 225 Jepang melemah 1,59% bersama Hang Seng Kong Kong 1,19%, Kospi Korea Selatan 1,55%, Taiex Taiwan 1,84%, FTSE Bursa Malaysia KLCI 1,03%, dan Straits Times Index STI 0,06%. Pelemahan ini menyusul bursa Wall Street yang ditutup memerah kemarin. Dow Jones Industrial Average melemah 0,88%, S&P 500 turun 0,78% dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,56%.
Namun data inflasi domestik periode Agustus yang kemungkinan menunjukkan penurunan bisa menahan pelemahan rupiah. "Inflasi yang stabil mungkin bisa menahan pelemahan rupiah," kata Ariston.
Sejumlah ekonom melihat indeks harga konsumen (IHK) secara bulanan pada Agustus bakal berbalik deflasi setelah beberapa bulan terakhir inflasi tinggi. Inflasi secara tahunan masih akan tinggi mendekati 5% sekalipun bakal lebih rendah dari bulan sebelumnya.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan bergerak datar dengan kecenderungan melemah terbatas hari ini. Pelaku pasrah menanti rilis data inflasi Indonesia yang diperkirakan masih berada di bawah 5% secra tahunan. Rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp 14.800-Rp 14.950 per dolar AS.
"Setelah itu rupiah akan lebih didikte, melemah oleh pergerakan dolar AS yang semakin kuat didukung oleh pernyataan-pernyataan pejabat the Fed yang hawkish," kata Lukman dalam risetnya.