Nilai tukar rupiah dibuka melemah lima poin ke level Rp 14.983 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pagi ini (20/9). Analis menilai, pelemahan ini karena pasar menanti hasil pertemuan bank sentral AS yang diperkirakan kembali mengerek suku bunga secara agresif.
Berdasarkan laman Bloomberg, rupiah berbalik menguat ke arah Rp 14.978 pada Pukul 09.20 WIB. Ini level yang sama dengan penutupan kemarin.
Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Rupee India melemah 0,03%, yuan Cina 0,10%, dan Ringgit Malaysia 0,05%.
Sedangkan yen Jepang menguat 0,03%, dolar Singapura 0,01%, dolar Taiwan 0,12%, won Korea Selatan 0,32%, peso Filipina 0,05% dan baht Thailand 0,08%. Lalu, dolar Hong Kong stagnan.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra menilai bahwa sentimen kenaikan suku bunga acuan The Fed masih terjadi hari ini. Rupiah diprediksi melemah ke level Rp 15.000, dengan potensi penguatan di kisaran Rp 14.950 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah masih berpotensi tertekan terhadap dolar AS hari ini, karena antisipasi pasar terhadap kemungkinan bank sentral AS terus mendorong kebijakan pengetatan moneter yang agresif," kata Ariston dalam risetnya, Selasa (20/9).
Pembuat kebijakan bank sentral AS, The Fed dijadwalkan menggelar pertemuan hari ini dan besok. Pasar mengantisipasi suku bunga acuan kembali dikerek.
Berdasarkan alat pemantauan CME FedWatch, mayoritas pasar memperkirakan bunga acuan naik 0,75%. Sebelumnya The Fed mengerek bunga acuan 0,75% dua kali.
Namun pasar juga mengantisipasi kenaikan lebih agresif. Probabilitas kenaikan bunga 1% mencapai 18%.
Meski begitu, Ariston menilai rupiah tidak akan tertekan signifikan meski The Fed agresif mengerek suku bunga acuan. Hal ini terlihat dari sentimen positif pada pasar saham Asia pagi ini.
Indeks Nikkei 225 Jepang dan Shanghai SE Composite Cina kompak menguat 0,35%. Lalu, indeks Hang Seng Hong Kong 0,77%, Kospi Korea Selatan 0,46%, dan Nifty 50 India 0,52%.
"Sebagian pasar terlihat mengambil peluang masuk di level rendah. Sentimen positif ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah," kata Ariston.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah masih tertekan jelang pertemuan Bank Indonesia (BI) 21 - 22 September. BI diperkirakan kembali menaikkan bunga 0,25%.
Sentimen tersebut akan menekan rupiah ke arah Rp 14.900 - Rp 15.050 per dolar AS. "Investor masih terus menghindari obligasi pemerintah dalam mengantisipasi inflasi dan suku bunga obligasi yang lebih tinggi kedepannya," kata Lukman dalam risetnya.