Sejumlah negara kini berada di jurang resesi dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin lesu. Indonesia sejauh ini masih terpantau cukup kuat, tercermin dari prospek pertumbuhan ekonomi tahun ini yang justru direvisi ke atas oleh berbagai lembaga internasional.
Bank Dunia dalam asesmen terbarunya pada pertengahan bulan ini memperingatkan ekonomi global berisiko terjerumus ke jurang resesi pada tahun depan. Risiko ini tercermin pada skenario kondisi terburuk, di mana inflasi tinggi masih bertahan dan memaksa bank sentral di banyak negara memperkatat kebijakannya makin agresif.
Organisasi untuk kerja Sama Ekonomi dan pembangunan (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya 3% dari tahun lalu 5,8%. Pertumbuhan melambat pada tahun depan menjadi 2,2% dengan beberapa negara anggota G20, yakni Jerman dan Rusia akan berkontraksi serta stagnasi di Inggris.
OECD melihat ekonomi dunia telah kehilangan momentum pemulihannya tahun ini setelah bangkit dari Covid-19. Lesunya ekonomi tahun ini akibat berlanjutnya pandemi Covid-19 di beberapa negara dan tekanan tambahan dari kenaikan harga-harga terutama pangan dan energi.
Perekonomian dunia stagnan pada kuartal kedua tahun ini dengan output menurun di negara-negara G20. "Meskipun kemungkinan pertumbuhan pada kuartal ketiga positif, dibantu oleh peningkatan di Cina, sejumlah indikator telah berubah menjadi lebih buruk, dan prospek pertumbuhan global telah menjadi gelap," kata OECD dalam laporan terbarunya dikutip Rabu (28/9).
Saat ekonomi dunia terancam tumbuh lebih lambat tahun ini dan tahun depan, Indonesia justru diprediksi masih tumbuh kuat tahun ini maupun tahun depan. OECD bahkan merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun ini sebesar 0,2 poin dan 0,1 poin pada tahun depan, masing-masing menjadi 5% dan 4,8%. Bank Pembangunan Asia (ADB) juga menaikkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini mnejadi 5,4% tetapi melambat tahun depan.
Berbeda dari Indonesia, sejumlah negara terancam jatuh ke jurang resesi, dengan beberapa diantaranya sebetulnya sudah jatuh ke jurang resesi secara teknikal, berikut daftarnya:
- Amerika Serikat
Perekonomian Amerika Serikat sudah terkontraksi sepanjang dua kuartal berturut-turut, yakni pada kuartal pertama minus 1,6% secara tahunan dan dilanjutkan kontras 0,9% pada kuartal kedua. Secara teknis, kontraksi ekonomi dalam dua kuartal beruntun didefinisikan sebagai resesi.
Namun, definisi resesi berupa kontraksi dua kuartal beruntun masih penuh perdebatan. Di AS, resesi secara resmi akan diumumkan oleh pandel ekonomi di Biro Riset Ekonomi Nasional. Definisi resesi menurut lembaga tersebut berbeda, yakni tanda-tanda bahwa pelemahan ekonomi meluas berupa PHK besar-besaran hingga perlambatan aktivitas sektor swasta. Tidak heran, pemerintah AS hanya menyebut kontraksi di kuartal kedua lalu sebagai sebuah tanda-tanda perlambatan alih-alih resesi.
Kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed yang kian agresif mendorong perekonomian semakin dekat dengan definisi resesi menurut pemerintah AS. Suku bunga The Fed sudah dikerek 300 bps dan sejumlah pejabat bank sentral telah menyatakan berkomitmen membawa inflasi terus turun, yang berarti kenaikan bunga masih akan berlanjut. Survei CNBC Internasional, probabilitas terjadinya resesi di Amerika Serikat tahun depan mencapai 52%, dan 72% kemungkinan resesi di Eropa.
- Jerman
Ekonomi terbesar di Eropa ini sebetulnya belum masuk ke jurang resesi secara teknikal. Pertumbuhan ekonominya masih positif pada kuartal II sebesar 1,7% secara tahunan, Namun, OECD melihat ekonomi Jerman akan terkontraksi 0,7% pada tahun depan di tengah disrupsi pasokan energi.
Industri di Jerman sangat bergantung terhadap suplai energi dari Rusia sehingga gangguan pasokan bisa memukul ekonomi Negeri Panser. Bank sentral Jerman pada bulan lalu bahkan sudah memperingatkan bahwa resesi semakin mungkin terjadi dan inflasi akan mencapai 10% pada musim gugur ini. Lembaga riset berbasis di Munich, Ifo Institute menyebut ekonomi Jerman saat ini sedang bergerak ke arah resesi.
- Inggris
Tekanan inflasi yang tinggi membuat biaya hidup di Inggris semakin mahal dan memukul daya beli masyarakat. Belum lagi, bank sentral Inggris termasuk salah satu yang paling aktif mengerek suku bunga sehingga makin menekan konsumsi.
Bank sentral Inggris (BoE) bahkan menyebut, ekonomi Inggris saat ini sudah masuk resesi. Hal ini setelah ekonomi kuartal ketiga diperkirakan terkontraksi 0,1%, menyusul kontras pada besaran yang sama selama kuartal kedua lalu.
- Rusia
OECD memperkirakan Rusia akan menjadi negara di G20 yang pertumbuhannya paling rendah tahun ini dengan depan dengan kontraksi 4,5%. Ini menandai kontraksi dua tahun beruntun dari kinerja tahun ini yang juga diramal terkontraksi hingga 5,5%.
Negeri beruang merah menghadapi tekanan ekonomi usai invasi ke Ukraina berbuah sanksi dari sejumlah negara barat. Walhasil, perekonomian terkontraksi 4,1% pada kuartal kedua lalu. Namun, Rusia belum secara teknikal masuk ke jurang resesi mengingat kuartal sebelumnya masih mencatat pertumbuhan 3,5%.
- Sri Lanka
Negara yang tengah dilanda krisis ekonomi hebat itu sudah masuk ke jurang resesi. Ekonominya sudah terkontrak sejak awal tahun. Pada kuartal pertama, kontraksi sebesar 1,6% secara tahunan, dan kontraksi semakin dalam pada kuartal kedua mencapai 8,4%. IMF memperkirakan ekonomi tahun ini minus 8,7% pada tahun ni
Krisis ekonomi bercampur krisis politik membuat situasi negara tetangga India itu makin kacau. Harga barang-barang semakin mahal seiring terganggunya suplai melalui impor. Inflasi di Sri lanka melampaui 70% pada bulan lalu, dengan inflasi bahan pangan yang melonjak di atas 80%.