Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melihat kenaikan inflasi bulan lalu ke 5,95% secara tahunan belum mengkhawatirkan. Kenaikan inflasi bulan lalu didorong kenaikan harga BBM.
"Besaran inflasi kita sebetulnya dibandingkan negara lain belum begitu mengkhawatirkan, saya lebih senang menyebutnya masih dalam kondisi moderat," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers secara daring, Senin (3/10).
Indeks harga konsumen (IHK) September mencatat inflasi 1,17% secara bulanan, rekor tertinggi sejak Desember 2014. Sementara inflasi tahunan sebesar 5,95% merupakan rekor tertinggi sejak Oktober 2015.
Meski masih moderat, Margio menyebut pemerintah harus tetap waspada jika harga-harga ternyata masih merangkak naik. Apalagi, kondisi ekonomi ke depannya juga masih diselimuti ketidakpastian yang tinggi.
Adapun inflasi bulan lalu didorong oleh kenaikan harga BBM. Pemerintah melakukan penyesuaian harga Pertalite, Solar dan Pertamax mulai 3 September. Margo menyebut pengaruh kenaikan harga BBM kepada inflasi berdasarkan data historis secara signfikan hanya terjadi dua bulan dan akan berakhir pada bulan ketiga sejak kebijakan kenaikan harga diberlakukan. Dengan demikian, inflasi kemungkinan akan mulai melandai sekitar bulan November.
Inflasi September sebetulnya melonjak cukup tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi bulanan yang melampaui 1% merupakan pembalikan setelah deflasi 0,21% pada bulan sebelumnya. Inflasi tahunan juga melonjak dari 4,69% menjadi 5,95%.
Senada dengan Margo, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian juga menyebut inflasi bulan lalu masih aman. Realisasi bulan lalu masih berada di bawah 10%.
Ia mengutip kategorisasi inflasi versi Boediono (1984). Dalam literatur tersebuti tingkat kerawanan inflasi ke dalam empat kelas, yakni inflasi ringan hingga hiperinflasi. Inflasi ringan jika levelnya masih di bawah 10%, inflasi sedang antara 10%-30%, inflasi berat antara 30%-100%. serta hiperinflasi di atas 100%.
Inflasi ringan, menurutnya, mengindikasikan adanya kenaikan inflasi tetapi relatif masih di bawah 10%. Oleh karena itu, dampak kenaikan harga belum signifikan berpengaruh terhadap sendi-sendi perekonomian.
"Kita masih di bawah 10%, masih ringan, mulai ada terasa kenaikan tapi belum berpengaruh banyak pada sendi-sendi perekonomian kita, namun harus tetap waspada," kata Tito dalam acara yang sama dengan Margo.