Nilai tukar rupiah dibuka melemah 35 poin ke level Rp 15.223 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah seiring kekhawatiran resesi di pasar saham, kenaikan imbal hasil obligasi AS hingga penantian data tenaga kerja AS malam ini.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke arah Rp 15.240 pada pukul 09.15 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin yang menguat ke Rp 15.188 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS, kecuali yen Jepang dan yuan Cina yang menguat. Rupee India dan won Korea Selatan kompak melemah 0,45%, dolar Taiwan 0,44%, peso Filipina 0,38%, ringgit Malaysia 0,31%, baht Thailand 0,04%, dan dolar Singapura 0,01%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan tertekan oleh sejumlah sentimen, salah satunya peringatan IMF soal resesi. Potensi pelemahan ke kisaran Rp 15.220, sementara potensi penguatan ke kisaran Rp 15.150 per dolar AS.
"Peringatan resesi ini tentunya berpengaruh negatif ke rupiah. Hasil riset IMF ini penegasan dari ekspektasi pasar sebelumnya soal potensi resesi global," kata Ariston dalam risetnya, Jumat (7/10).
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyebut risiko resesi telah meningkat. Sepertiga dari perekonomian dunia diperkirakan mengalami kontraksi antara tahun ini atau tahun depan. Bahkan jika banyak negara masih bisa tumbuh positif, suasana ekonomi akan tetap terasa seperti sedang resesi karena pendapatan riil turun sementara inflasi naik.
Dolar AS terpantau kembali menguat terhadap mata uang utama dunia lainnya. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun juga terlihat naik dari kisaran 3,6% ke 3,8% pagi ini.
Penguatan dolar ini terpengaruh penantian pasar terhadap data ketenagakerjaan yang akan dirilis malam ini. "Data yang bagus bakal mendukung langkah agresif the Fed untuk menaikan suku bunga acuannya," kata Ariston.
Pelemahan rupiah juga terpengaruh oleh risk off di pasar saham pagi ini. Wall Street ditutup memerah semalam, dengan indeks saham Eropa juga terpantau melemah. Indeks saham Asia, Nikkei 225 Jepang terkoreksi 0,50%, bersama Shanghai SE Composite 0,55%, Hang Seng Hong Kong 0,98%, dan Kospi Korea Selatan 0,06%.
Dari dalam negeri, Ariston melihat kekhawatiran inflasi dan suku bunga tinggi akan memperlambat ekonomi masih memberikan efek negatif untuk rupiah. Inflasi telah menanjak bulan lalu sebagai imbas kenaikan harga BBM.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah juga akan melemah hari ini dan bergerak di rentang Rp 15.175-Rp 15.275 per dolar AS. Pelemahan dipengaruhi sentimen di pasar saham, kenaikan imbal hasil obligasi AS serta penguatan dolar AS.
"Dari domestik, pelaku pasar menantikan data cadangan devisa Indonesia, dan dari eksternal, data tenaga kerja AS NFP malam ini," kata Lukman dalam risetnya.