Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut terdapat empat komoditas yang perlu mendapat perhatian serius dalam pengendalian inflasi, yakni beras, bensin, sewa rumah dan kontrak rumah. Keempat barang tersebut memiliki bobot besar dalam perhitungan inflasi dan rutin menyumbang inflasi sepanjang tahun ini.
"Beras itu bobotnya besar dan frekuensinya cukup tinggi sebagai penyumbang inflasi, maka perlu mendapat perhatian serius. Beras ini memang produksinya hanya di beberapa provinsi sentra produksi saja, seperti Jabar, Jatim, Jateng dan Sulsel sehingga beberapa daerah masih bergantung pada distribusi," kata Margo dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Senin (24/10).
Ia menjelaskan, bensin memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan beras, tetapi mencatatkan frekuensi andil inflasi yang lebih rendah ketimbang beras. Adapun frekuensi yang dimaksud Margo adalah frekuensi kemunculan komoditas tersebut dalam menyumbang andil inflasi secara tahunan (yoy) pada setiap bulannya sepanjang Januari-September 2022.
"Bensin tidak terelakkan karena ini komoditas yang bergantung dari impor, maka ketika dilakukan penyesuaian harga BBM maka menjadikan potensi inflasi," kata Margo.
Menurut Margo, kontrak rumah juga memiliki bobot lebih besar dibandingkan dua barang sebelumnya, tetapi frekuensi kemunculannya dalam andil inflasi tidak sesering beras maupun bensin. Sewa rumah memiliki bobot andil inflasi yang paling besar diantara tiga komoditas lainnya serta paling sering menyumbang inflasi sepanjang tahun ini.
Selain itu, menurut Margo, tarif listrik juga perlu perhatian serius karena memiliki bobot yang tinggi dibandingkan barang lainnya dalam basket perhitungan inflasi. Namun, frekuensi kemunculannya dalam menyumbang inflasi sepanjang tahun ini relatif rendah.
"Beberapa komoditas lain juga perlu dipantau karena sering menimbulkan kontribusi ke inflasi meskipun bobotnya tidak terlalu besar," kata Margo.
Di sisi lain, menurut dia, beberapa komoditas dengan bobot sumbangan relatif kecil sering menimbulkan inflasi tinggi. Barang-barang tersebut, terutama adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau seperti rokok kretek, rokok putih, mie kering instan, hingga tahu mentah.
Margo mengatakan, pihaknya akan terus memantau pergerakan harga terutama pada 20 komoditas pangan dan empat komoditas energi yang menyumbang inflasi tinggi. "Ini wajib hukumnya untuk dipantau," kata Margo.
Empat komoditas energi yakni listrik, bensin, solar dan bahan bakar rumah tangga. Adapun 20 komoditas pangan yang perlu mendapat perhatian serius terkait perkembangan harganya antara lain, beras, cabai rawit, tepung terigu, tahu mentah, daging ayam ras, minyak goreng, udang, pisang, telur ayam ras, gula pasir, ikan kembung dan susu bubuk balita. Selanjutnya, bawang merah, bawang putih, mie instan, susu bubuk, cabai merah, daging sapi, tempe dan jeruk.