Kementerian Keuangan akan melakukan efisiensi belanja negara guna menekan defisit Anggaran Pendapatan dan Negara (APBN) sesuai target, yakni berada di bawah 3% terhadap PDB. Meski demikian, alokasi belanja negara pada tahun depan mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp 3.061,2 triliun.
"Kami harap dengan efisiensi belanja maka, kami bisa melakukan konsolidasi fiskal. Namun. efisienis belanja harus tetap diarahkan untuk melindungi perekonomian melalui belanja kesehatan, serta tetap mendorong pemulihan ekonomi, menjaga masyarakat," kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam acara Simposium Nasional Keuangan Negara (SNKN), Rabu (26/10).
Pemerintah diperbolehkan memperlebar defisit anggaran selama tiga tahun pandemi hingga tahun ini. Defisit anggaran harus dikembalikan ke bawah 3% pada tahun depan sebagaimana aturan yang ada.
Dalam UU APBN yang sudah disepakati dengan DPR bulan lalu, defisit anggaran pada tahun depan ditargetkan sebesar 2,84% dari produk domestik bruto (PDB), turun dari tahun ini 4,5%.
Suahasil mengatakan, konsolidasi fiskal dengan menekan defisit APBN di bawah 3% perlu dilakukan dalam rangka menyehatkan APBN. Menurut dia, keuangan negara sudah 'bekerja keras' menjaga perekonomian dan masyarakat melalui alokasi belanja yang besar selama tahun-tahun awal pandemi Covid-19.
Kebutuhan belanja yang membengkak selam pandemi tidak diimbangi dari sisi penerimaan, sehingga defisit APBN perlu diperlebar.
"Situasi ekonomi global tahun depan yang bergejolak juga harus dicocokkam dengan kondisi fiskal, maka APBN kita normalisasi menuju defisit ke bawah 3%," ujarnya.
Suahasil menyebut upaya pemerintah membawa defisit turun ke bawah 3% pada tahun depan tidak lepas dari kinerja perekonomian. Penerimaan negara akan semakin besar jika ekonomi juga berjalan dengan baik. Pembayaran pajak, kepabeanan dan cukai ataupun PNBP akan sangat bergantung pada berjalannya roda perekonomian.
Ia melihat sejauh ini perekonomian terus pulih dengan kuat sehingga setoran pajak hingga PNBP semakin besar. Pendapatan negara selama sembilan bulan tahun ini tumbuh 46% dibandingkan tahun lalu. Kondisi ini yang juga membuat pemerintah optimistis menaikan target penerimaan negara tahun depan meningkat 8,7% dibandingkan tahun ini.
"Kalau perekonomian kita sudah mulai pulih, maka penerimaan negara otomatis akan mengalami normalisasi, kita itu sudah kita lihat pada tahun ini," kata Suahasil.
Target penerimaan yang kembali tumbuh tinggi pada tahun depan sejalan dengan asumsi bahwa ekonomi Indonesia pada 2023 juga bisa tumbuh hingga 5,3%. Target pendapatan negara ditetapkan sebesar Rp 2.436 triliun dan belanja Rp 3.061,2 triliun.