Sri Mulyani Akan Andalkan Belanja Negara Topang Ekonomi Akhir Tahun
Pemerintah akan mengandalkan belanja negara untuk menopang pertumbuhan ekonomi di tengah risiko perlambatan ekonomi dunia. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut realisasi belanja masih tersisa banyak dan baru akan cair pada kuartal keempat.
Sri Mulyani mencatat, mayoritas belanja negara belum mencapai 60% meski tersisa beberapa bulan lagi sebelum tahun fiskal 2022 berakhir. Oleh karena itu, menurut dia, belanja akan cukup besar terealisasi di tiga bulan terakhir tahun ini.
Adapun hingga Agustus 2022, realisasi belanja negara baru 53,3% dari target tahun ini Rp 3.106 triliun. Belanja pemerintah pusat baru mencapai separuhnya, sedangkan transfer ke daerah sudah nyaris 60%.
"Ini yang akan menyebabkan pada kuartal keempat, pengeluaran pemerintah (komponen dalam PDB) akan kuat, dan ini timing-nya waktu dunia mulai melemah," kata Sri Mulyani dalam acara UOB Economic Outlook 2023, Kamis (29/9).
Perlambatan pertumbuhan ekonomi, menurut dia, sudah terlihat di banyak negara di dunia hingga kuartal ketiga ini. Hal ini dipicu oleh kenaikan inflasi yang kemudian memaksa bank sentral memperketat kebijakan suku bunga. "Pasti banyak negara pertumbuhan ekonominya melemah atau menurun, kita masih menanjak," ujarnya.
Oleh karena itu, bendahara negara itu pede pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa di atas 5%. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama dan kedua sudah di atas 5%, serta perkiraan Kementerian keuangan untuk pertumbuhan kuartal ketiga mendekati 6%.
Presiden Jokowi dalam acara yang sama dengan Sri Mulyani juga menyampaikan optimisme terhadap pertumbuhan kuartal ketiga yang bisa mencapai 6%. Hal ini didukung berbagai indikator seperti keyakinan konsumen yang kuat, pertumbuhan kredit yang berlanjut, indeks PMI manufaktur yang ekspansif, serta kinerja neraca dagang yang moncer.
"Saya hanya ingin menimbulkan optimisme, jangan pesimis. Memang yang kita hadapi bukan barang gampang, bukan barang yang mudah, tetapi kita tetap harus optimistis," kata Jokowi.