Nilai tukar rupiah dibuka menguat 14 poin ke level Rp 15.549 per dolar AS. Penguatan rupiah didorong ekspektasi bahwa The Fed akan mengurangi agresifitasnya dalam menaikkan suku bunga hingga akhir tahun nanti.
Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik melemah dari pembukaan ke arah Rp 15.568 pada pukul 09.15 WIB. Ini bahkan lebih lemah dibandingkan penutupan kemarin di Rp 15.563 per dollar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,14%, dolar Singapura 0,04%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Taiwan 0,25%, won Korea Selatan 0,63%, peso FIlipina 0,15%, ringgit Malaysia 0,19% dan baht Thailand 0,08%. Sebaliknya, rupee India melemah 0,05% dan yuan Cina 0,21%.
Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, memperkirakan rupiah akan menguat hari ini seiring berkembangnya ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS, The Fed, akan mulai dovish. Rupiah diperkirakan menguat ke arah Rp 15.550, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.600 per dolar AS.
Ariston mengatakan, pasar kini mulai melihat ada peluang The Fed tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga pada Desember mendatang. Meski demikian, mayoritas pelaku pasar masih melihat kenaikan 75 bps akan kembali dilakukan pada pertemuan pekan depan.
Ekspektasi ini diperkuat oleh rilis data penjualan rumah baru di AS pada bulan lalu turun. Hal ini mengindikasikan bahwa dampak pengetatan moneter telah mendorong lesunya permintaan untuk properti.
"Ekspektasi ini mendorong pasar melepas aset dolar dan masuk lagi ke aset berisiko termasuk rupiah dan bisa mendorong penguatan nilai tukar rupiah lagi hari ini terhadap dolar AS," kata Ariston dalam risetnya, Kamis (27/10).
Di sisi lain, kekhawatiran perlambatan ekonomi global juga bisa menjadi sentimen negatif bagi rupiah sehingga penguatannya tertahan. Perlambatan ini bersumber dari inflasi tinggi yang kemudian direspon dengan pengetatan moneter oleh banyak bank sentral dunia.
Analis DCFX Lukman Leong mengatakan berbagai data telah menunjukkan efek kenaikan bunga The Fed terhadap ekonomi AS. Hal ini meredakan ekspektasi pasar bahwa The Fed masih akan menaikkan suku bunga 'jumbo'.
Sentimen ini akan mendorong rupiah bergerak di rentang Rp 15.500-Rp 15.600 per dolar AS.
Serangkaian data ekonomi yang lemah seperti manufaktur dan perumahan sepakan ini telah meredakan ekspektasi pada kebijakan kenaikan suku bunga oleh The Fed. Penjualan rumah baru turun pada Desember.
Kinerja dunia usaha di AS yang terkontraksi, tercermin dari data S&P Global untuk PMI Composite Output Index Oktober berkontraksi lebih dalam dari sebelumnya
"Rupiah diperkirakan akan menguat oleh melemahnya dolar AS dengan imbal hasil obligasi AS yang terus menurun," kata Lukman dalam risetnya.
- Sebelumnya, Bank Indonesia menutup transaksi nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 15.596 per dolar Amerika Serikat (AS) saat perdagangan Rabu, 26 Oktober 2022. Nilai tersebut menguat 20 poin atau 0,1% dari perdagangan hari sebelumnya.