Sri Mulyani Tekan Defisit APBN Tahun Ini Bersiap Hadapi Suramnya 2023
Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun ini diperkirakan jauh lebih rendah dari target yang dipatok sebelumnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kinerja defisit APBN pada tahun ini akan menjadi modal pemerintah untuk menuju normalisasi anggaran di tengah situasi ekonomi dunia yang semakin sulit.
Target defisit anggaran tahun ini sebagaimana Perpres 98 2022 dipatok sebesar 4,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kementerian Keuangan sebelumnya memperkirakan realisasinya hanya akan mencapai 3,9% seiring pendapatan negara yang moncer.
"Kami perkirakan lebih rendah dari 3,9% sehingga menjadi bekal yang baik memasuki 2023," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (3/11).
Meski demikian Kementerian Keuangan masih terus menghitung proyeksi defisit APBN mempertimbangkan akan adanya realisasi belanja besar-besaran di penghujung tahun. Ia juga mengabarkan, telah membayar kompensasi energi ke Pertamina dan PLN sebesar Rp 163 triliun untuk periode paruh pertama tahun ini pada 31 Oktober lalu.
Pemerintah masih memiliki anggaran belum terpakai hampir Rp 1.200 triliun hingga September. Itu artinya, anggaram jumbo itu kemungkinan baru akan dicarikan pada tiga bulan terakhir tahun ini.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu sebelumnya mengatakan perkiraan defisit tahun ini akan mendekati 3%. Pihaknya akan berhemat untuk sisa belanja APBN tahun ini yang hampir mencapai Rp 1.200 triliun. Upaya yang dilakukan dengan mendorong penggunaan belanja berkualitas.
Febrio mengatakan pihaknya tidak akan memakai sisa belanja tahun ini 'jor-joran' tanpa memperhatikan dari sisi kualitasnya. Karena itu, ia juga menyinggung terkait dana jaga-jaga alias cash buffer 2023 apabila tidak semua sisa belanja terserap tahun ini.
"Penghematan belanja itu bisa jadi cash tambahan bagi pemerintah untuk tahun depan yang perlu diantisipasi karena ketidakpastiannya tinggi. Kami pastikan akan punya cash buffer yang cukup dari 2022," kata Febrio.
Cash buffer dari penghematan belanja tahun ini dapat meminimalisir risiko pasar keuangan global yang mengetat tahun depan. Pemerintah menargetkan defisit anggaran tahun depan sebesar Rp 598 triliun. Dengan cash buffer bisa mengurangi besaran penarikan utang yang dipakai untuk menutup defisit tersebut.
"Kalau kita punya cash buffer yang cukup dari 2022, mungkin bisa pakai cash itu sehingga tidak akan terlalu terekspose terhadap risiko pasar yang memang kita duga akan cukup ketat," kata Febrio.