Lima ekonom memprediksi inflasi naik karena harga-harga barang pada bulan lalu sedikit meningkat, terutama beras dan faktor musiman menjelang akhir tahun. Namun demikian, kenaikan harga November 2022 akan lebih kecil dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.
Indeks Harga Konsumen atau IHK November diperkirakan berbalik setelah deflasi pada Oktober sebesar 0,11%. Deflasi Oktober juga mengindikasikan penurunan signifikan pada harga-harga barang dan jasa, pasalnya pada bulan sebelumnya sempat mencatat inflasi hingga di atas 1%.
Inflasi secara tahunan diperkirakan melandai dari Oktober yang mencapai 5,7%. Hal ini mencerminkan penurunan harga pangan di tengah efek kenaikan harga BBM. Inflasi secara tahunan terus turun setelah melonjak nyaris menyentuh 6% pada bulan pertama penerapan harga baru BBM subsidi pada September.
Pemantauan Bank Indonesia juga menunjukkan terjadi inflasi 0,18% secara bulanan hingga pekan keempat November. Penyumbang utama inflasi terutama telur ayam dan tomat, daging ayam ras, air kemasan, emas perhiasan dan rokok. Meski demikian beberapa harga barang turun seperti cabai merah hingga tarif angkutan udara.
Katadata.co.id menghimpun beberapa perkiraan inflasi November dari lima ekonom sebagai berikut.
Josua Pardede - Bank Permata
Josua memperkirakan inflasi November secara tahunan akan melandai menjadi 5,53% , meski demikian secara bulanan diperkirakan naik menjadi inflasi 0,2%. Pendorongnya berasal dari inflasi inti yang diperkirakan naik menjadi 3,38% meski relatif tidak naik signifikan dari bulan sebelumnya.
"Peningkatan inflasi sisi permintaan sejalan dengan aktivitas ekonomi yang tetap solid serta mencerminkan dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM pada bulan September yang lalu," kata Josua dalam risetnya, Rabu (30/11).
Beberapa harga komoditas meningkat secara bulanan seperti beras, daging ayam, telur ayam dan bawang merah. Meski demikian ada beberapa bahan makanan lain yang juga turun seperti bawang putih, cabai rawit hingga minyak goreng.
Hal ini akan mendorong inflasi harga pangan mengalami inflasi relatif kecil. Sementara itu, inflasi harga diatur pemerintah diperkirakan akan deflasi yang didorong oleh penurunan harga BBM non-subsidi.
Faisal Rachman - Bank Mandiri
Bank Mandiri juga melihat inflasi November akan melandai secara tahunan tetapi mencatat inflasi kecil secara bulanan. Perkiraan inflasi bulanan di 0,17% dan 5,5% secara tahunan. Kenaikan inflasi secara bulanan relatif kecil berkat suplai bahan makanan yang bisa dikelola.
Inflasi inti diperkirakan meningkat seiring membaiknya mobilitas masyarakat."Harga emas juga terpantau meningkat di tengah ketidakpastian pasar keuangan," kata Faisal.
BNI Sekuritas - Damhuri Nasution
Seperti ramalan dua ekonom sebelumnya, BNI Sekuritas juga melihat inflasi tahunan melandai tetapi secara bulanan naik. Inflasi bulanan diperkirakan 0,15% dan secara tahunan 5,5%.
"Kenaikan secara bulanan ini terutama didorong oleh harga pangan yang mulai naik menjelang musim tanam dan kenaikan harga barang dan jasa menjelang hari besar keagamaan Natal dan liburan akhir tahun. Jadi kenaikan inflasi pada bulan November sifatnya seasonal," kata Damhuri.
Damuri melihat kenaikan secara bulanan pada November tahun ini tidak akan setinggi inflasi bulanan November tahun lalu yang mencapai 0,37%. Ia melihat tren ini akan berlanjut di bulan terakhir tahun ini. Karena itu, ia melihat ada peluang inflasi pada akhir tahun akan di bawah 5,5% atau lebih rendah dari mayoritas perkiraan pasar saat harga BBM dinaikkan.
Rully A Wisnubroto - Mirae Asset Sekuritas
Inflasi November diperkirakan sebesar 5,4% secara tahunan dan 0,1% secara bulanan. Inflasi secara tahunan melandai karena harga bahan makanan semakin terkendali. Meski demikian kenaikan harga beras dan telur ayam menjadi penyundut kenaikan secara bulanan. Ia melihat efek harga BBM hampir tidak terasa pada inflasi November, pasalnya kenaikan masih didominasi kenaikan harga bahan makanan.
David Sumual - BCA
David memperkirakan inflasi November sebesar 5,59% secara tahunan, dengan inflasi secara bulanan di 0,25%. Inflasi bulan lalu salah satunya didorong oleh kenaikan harga komoditas beras.
Efek kenaikan harga BBM juga masih terasa dengan meningkatnya biaya logistik distribusi barang. Di samping itu, efek musiman menjelang akhir tahun yang biasanya mendorong kenaikan inflasi juga disebut sudah mulai terlihat sejak bulan lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang periode Januari-Oktober 2022 terjadi inflasi sebesar 4,73% (year to date/ytd).