Bank Pembangunan Asia (ADB) memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan dari perkiraan sebelumnya 5% menjadi hanya 4,8%. Perekonomian lima negara ekonomi utama ASEAN lainnya juga diperkirakan melambat tahun depan.
"Pertumbuhan pada 2023 akan tertahan oleh melambatnya ekspor barang karena melemahnya perekonomian negara maju. Konsumsi swasta akan kembali ke tren pertumbuhan, serta pengetatan kebijakan fiskal dan moneter," dikutip dari laporan ADB Asian Development Outlook Supplement Desember 2022, Kamis (15/12).
Meski demikian, volatilitas ekonomi global belum banyak mempengaruhi ekonomi Indonesia tahun ini. Prospek pertumbuhan 2022 dipertahankan dari perkiraan sebelumnya di 5,4%.
Pendorong utama pertumbuhan tahun ini terutama dari konsumsi swasta yang terus tumbuh di atas level sebelum pandemi. Investasi juga diperkirakan meningkat. Kedua faktor tersebut mengkompensasi belanja pemerintah yang turun.
Kinerja ekspor juga menopang pertumbuhan karena permintaan terhadap komoditas primer yang kuat. Di sisi lain, ekspor jasa juga tumbuh cepat karena kembalinya turis asing ke dalam negeri.
Meski ekonomi melambat, harga-harga di dalam negeri masih akan naik tinggi tahun depan. Prediksi ADB, inflasi Indonesia 2023 sebesar 5%, sedikit turun dari perkiraan sebelumnya 5,1%. Namun, ini masih lebih tinggi dari perkiraan inflasi tahun ini 4,2%.
Penurunan perkiraan inflasi tahun depan karena outout perekonomian menurun, pasokan pangan mencukupi dan ekspektasi inflasi stabil. Inflasi juga akan lebih rendah seiring upaya bank sentral mengambil langkah pre-emptive kenaikan suku bunga.
Ramai-ramai Negara Asia Melambat
Indonesia bukan satu-satunya yang akan melemah tahun depan. Pertumbuhan enam ekonomi terbesar ASEAN, Indoensia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina dan Vietnam, secara rata-rata diperkirakan 4,7% pada tahun depan. Perkiraan ini lebih rendah dari outlook sebelumnya akan tumbuh 5% maupun perkiraan pertumbuhan tahun ini mencapai 5,5%.
Pelemahan ini juga seiring permintaan global juga menurun tahun depan. Di sisi lain, kenaikan suku bunga dan inflasi tinggi di kawasan telah mengikis optimisme konsumen dan dunia usaha. Apalagi, belanja pemerintah juga tidak lagi signifikan mendukung perekonomian tahun depan karena pembiayaan publik yang makin terbatas.
ADB juga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Cina tahun depan dari perkiraan sebelumnya 4,5% menjadi 4,3%. Kenaikan kasus baru Covid-19 bulan lalu telah memicu perpanjangan lockdown meskipun sejumlah pelonggaran aktivitas telah membantu pemulihan ekonomi pada kuartal ketiga.
"Ke depan, sektor properti akan terus membebani pemulihan ekonomi karena pasar tersebut belum stabil dan langkah-langkah dukungan baru baru ini akan membutuhkan waktu untuk diterapkan," kata ADB.
Saat prospek mayoritas ASEAN dan Asia Timur dipangkas, ada harapan di negeri Bollywood. Prospek pertumbuhan ekonomi India tahun depan dipertahankan 7,2%. Proyeksi tersebut akan lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan tahun ini di 7%. Pertumbuhan kuat tahun depan ditopang efek positif reformasi struktural serta investasi publik yang mengkatalisasi investasi swasta.