Berbagai indikator menunjukkan kondisi perekonomian dunia semakin tidak stabil sepanjang tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi global tahun ini telah melambat secara luas.
"Ini merupakan tahun yang bergejolak. Prospek pertumbuhan ekonomi global yang semula lebih baik dari perkiraan dengan cepat berubah menjadi kekhawatiran setelah invasi Rusia ke Ukraina," tulis dalam blog IMF dikutip Jumat (26/12).
Inflasi juga terus menanjak di banyak negara. Kenaikan terutama terjadi pada harga makanan dan energi. IMF menyebut, faktor tersebut membebani pertumbuhan ekonomi dan meredupkan prospek ekonomi ke depan.
Hal ini ditunjukkan dalam beberapa data yang dipaparkan IMF dalam tulisan tersebut. Pertama, indeks ketidakpastian dunia meningkat terutama saat perang Rusia dan Ukriana meletus. Indeks Ketidakpastian Dunia pada kuartal pertama 2022 sebesar 26.455, melonjak dari kuartal sebelumnya 19.803 dan merupakan yang tertinggi sejak kuartal keempat 2020.
Indeks ketidakpastian Dunia tersebut merupakan pengukuran secara kuartalan di 143 negara. Indeks dibuat dengan menghitung persentase kata 'tidak pasti' atau sejenisnya dalam laporan tiap negara yang dikeluarkan Economist Intelligence Unit, divisi riset dan analisis dari The Economist Group.
Kedua, Indeks Kerusuhan Sosial meningkat setelah pandemi. Indeks ini menunjukkan puncak besar dalam kerusuhan yang lebih kuat dengan menghitung persentase negara yang mengalami kerusuhan. IMF melihat pandemi membuat protes sosial berhenti sejenak. Protes kembali meningkat sejak Mei 2020 tetapi trennya hingga saat ini relatif berfluktuasi dan masih di bawah level sebelum pandemi.
Ketiga, siklus pengetatan moneter. Tren kenaikan suku bunga sudah mulai terjadi pada awal tahun 2021 dan semakin masif pada tahun ini. Namun kenaikan lebih dulu dilakukan oleh negara emerging market, kemudian diikuti negara maju pada pertengahan tahun lalu. Meski demikian sebagian kecil bank sentral, terutama di negara emerging market masih ada yang melakukan pemangkasan suku bunga.
"Menjelang akhir tahun, banyak bank sentral masih menaikkan suku bunga," kata IMF.
Keempat, prospek ekonomi banyak negara turun. Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan IMF pada Oktober menunjukkan penurunan prospek pertumbuhan di banyak negara pada tahun ini. Hanya beberapa negara yang masih mampu tumbuh di atas 6%.
Rusia dan Ukraina yang terlibat perang, Belarusia yang ikut terkena imbasnya, serta Libya yang berjuang dengan konflik sipilnya menjadi empat negara yang terkontraksi paling dalam tahun ini. Perekonomian mereka mencatatkan minus melebihi 3%. Dua ekonom terbesar, Amerika Serikat dan Cina akan tumbuh rendah masing-masing 1,6% dan 3,2%.
Kelima, indeks PMI manufaktur dan jasa terus menurun di banyak negara. Indeks PMI di kelompok G20 menunjukkan 15 dari 19 negara mengalami kontraksi atau di bawha indeks 50 pada November 2022. Ini meningkat dibandingkan Januari tahun ini, yang mana hanya lima negara yang indeks PMInya di bawa 50. Negara G20 yang indeksnya PMInya terjun ke zona kontraksi semakin banyak terutama setelah perang di Ukraina.