Rupiah Dibuka Loyo, Berpotensi Menguat Lagi Imbas Kebijakan Covid Cina
Nilai tukar rupiah dibuka melemah tipis satu poin ke level Rp 15.584 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah diperkirakan masih berpeluang menguat oleh pelonggaran kebijakan pandemi di Cina dan dalam negeri, sekalipun risalah rapat bank sentral AS, The Fed semalam kembali memberi sentimen hawkish.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke arah Rp 15.613 pada pukul 09.30 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin Rp 15.583 per dolar AS.
Mata uang Asia lainnya bergerak variatif. Pelemahan nilai tukar dialami Dolar Singapura 0,1%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Taiwan 0,11%, peso FIlipina 0,11%, ringgit Malaysia 0,06% dan baht Thailand 0,01%. Sebaliknya, yen Jepang menguat 0,42% bersama won Korea Selatan 0,08%, rupee India 0,10% dan yuan Cina 0,17%.
Terdampak Sinyal Hawkish The Fed
Analis DCFX, Lukman Leong, memperkirakan rupiah bisa menguat hari ini sekalipun The Fed kembali mempertegas komentar hawkishnya dalam risalan rapat yang dirilis semalam. Rupiah akan diperdagangkan di rentang Rp 15.500-Rp 15.650 per dolar AS.
Risalah rapat The Fed bulan lalu yang dirilis dini hari tadi mengindikasikan masih berlanjutnya kenaikan bunga tahun ini. Umumnya pejabat berpandangan butuh keyakinan lebih lanjut bahwa inflasi berada pada jalur penurunan yang berkelanjutan. Suku bunga tinggi akan dipertahankan sepanjang tahun ini dengan tidak ada satupun anggota rapat yang melihat perlunya pemangkasan suku bunga.
"Rupiah berpotensi menguat setelah tidak ada kejutan dari the Fed pada risalah pertemuan FOMC, dimana pernyataan mereka sesuai dengan harapan pasar," kata Lukman dalam catatannya, Kamis (5/1).
Menurutnya, pasar memang sudah mengantisipasi risalah rapat semalam yang mengulang pandangan hawkish sejumlah pejabat pembuat kebijakan The Fed. Meski demikian, pasar akan lebih berfokus pada komitmen The Fed untuk memperlambat kenaikan bunga sekalipun memang bunga tinggi masih akan bertahan tahun ini.
Di sisi lain, rupiah akan menguat didorong investor yang mulai masuk ke aset berisiko seiring pembukaan kembali ekonomi Cina dan pencabutan PPKM di dalam negeri. Namun, penguatan kemungkinan terbatas karena investor juga akan menantikan rilis data ketenagakerjaan AS.
Berbeda, Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra melihat pandangan hawkish The Fed semalam akan menekan rupiah hari ini. Kurs garuda akan melemah ke kisaran Rp 15.620, dengan potensi pengaduan ke arah RP 15.550 per dolar AS.
Menurutnya, risalah rapat semalam yang menegaskan komitmen The Fed untuk membawa inflasi turun ke target di bawah 2% dan kenaikan bunga berlanjut akan menekan rupiah. Di sisi lain, pasar juga menantikan rilis data ketenagakerjaan pekan ini untuk mengonfirmasi niatan The Fed untuk melanjutkan kenaikan bunga. Untuk diketahui, The Fed memang memperhatikan data inflasi dan ketenagakerjaan dalam menentukan arah kebijakan moneternya.
"Data yang lebih bagus dari perkiraan yang artinya ekonomi AS masih kuat untuk menanggung kenaikan suku bunga acuan, bisa mendorong penguatan dollar AS ke depan, dan sebaliknya," kata Ariston dalam catatannya.
Berikut pergerakan Rupiah dua pekan terakhir seperti tertera dalam grafik.