Rupiah Terus Menguat, Mampukah Tembus di Bawah Rp 15.000 per Dolar AS?

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Ilustrasi. Rupiah menguat siang ini ke level Rp 15.178 per dolar AS.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
13/1/2023, 12.21 WIB

Nilai tukar rupiah terus menguat dan menembus level terbaiknya dalam beberapa bulan terakhir. Meski demikian, sentimen data inflasi AS dan kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri yang mendorong penguatan rupiah diperkirakan belum mampu membawanya ke level 15.000 per dolar AS.

Rupiah telah menguat sejak akhir pekan lalu, terutama dalam dua hari terakhir seiring penantian rilis data inflasi AS yang diperkirakan kembali turun. Rupiah bergerak menguat signifikan Rp 15.210 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi ini dan sempat menyentuh Rp 15.136 pada pukul 09.46 WIB sebelum akhirnya kembali ke kisaran Rp 15.180 pada pukul 11.00 WIB.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra melihat level support rupiah masih di sekitar Rp 15.000/US$. Meski demikian tidak menutup kemungkinan rupiah melanjutkan penguatan dan turun ke bawah Rp 15.000, ke kisaran Rp 14.800/US$. 

"Rupiah akan memanfaatkan sentimen ekspektasi The Fed mengendurkan kenaikan suku bunga acuannya. Pasar mengantisipasi hal tersebut sampai terjadi perubahan sentimen lagi," kata Ariston saat dihubungi pagi ini, Jumat (13/1).

Adapun tiga faktor yang masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah ke depan, yakni hasil rapat pembuat kebijakan The Fed pada awal bulan depan, rilis data ekonomi AS, serta kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, tren penguatan rupiah beberapa hari terakhir bersumber dari dalam dan luar negeri, tetapi sifatnya jangka pendek. Sentimen dari dalam negeri, antara lain datang dari rencana pemerintah merevisi PP 1 2019 tentang devisa hasil ekspor (DHE). Perubahan aturan tersebut akan mewajibkan semakin banyak sektor usaha repatriasi devisa ekspornya e dalam negeri sehingga membantu menjaga suplai valas dan mendorong penguatan rupiah.

Sementara dari eksternal, penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir terdongkrak penantian pasar terhadap rilis data inflasi AS yang diramal melemah. Data inflasi Desember yang dirilis semalam mengafirmasi ekspektasi pasar, dengan tingkat inflasi Desember 6,5% secara tahunan, turun dari bulan sebelumnya 7,1%. Harga konsumen secara bulanan pada Desember deflasi 0,1%.

"Data inflasi yang menurun tersebut mendorong ekspektasi pasar bahwa The Fed tidak akan seagresif tahun lalu sehingga dolar AS melemah, sementara rupiah salah satu yang menguatnya signifikan," kata Joshua saat dihubungi lewat sambungan telepon.

Meski demikian, ia belum melihat ada ruang penguatan rupiah hingga ke level di bawah Rp 15.000 per dolar AS sekalipun tren penguatan sudah terjadi beberapa hari terakhir. Ia memperkirakan titik support rupiah masih di level Rp 15.150 perdolar AS.

Ia memperkirakan, sentimen yang mendorong penguatan rupiah beberapa hari terakhir ini tidak akan terus berlanjut. Rilis data inflasi yang mendorong penguatan signifikan pada perdagangan pagi ini juga kemungkinan tidak lagi signifikan mempengaruhi pergerakan rupiah pekan depan. Selain itu, sentimen penguatan rupiah yang bersumber dari  revisi aturan DHE juga kemungkinan tidak lagi signifikan mendorong rupiah menguat setelah aturannya terbit dan mulai berjalan.

Reporter: Abdul Azis Said