BI Sebut Era Bunga Tinggi Global Bertahan lama, Apa Pengaruh ke RI?

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom.
Ilustrasi. BI menyebut era suku bunga tinggi akan bertahan lama dan dapat mempengaruhi ekonomi Indonesia.
Penulis: Agustiyanti
26/1/2023, 09.09 WIB

Bank Indonesia memperkirakan bank-bank sentral global masih akan mengerek suku bunga pada tahun ini. Era suku bunga tinggi juga akan berlangsung lama dan mempengaruhi perekonomian Indonesia. 

Gubernur Bank Indonesia memperkirakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve masih akan naik dan mencapai puncaknya 5% hingga 5,25%. Suku bunga tinggi ini, menurut Perry, berpotensi tetap bertahan sepanjang tahun depan.

"Kami belum yakin apakah The Fed akan mulai menurunkan bunga tahun ini. Begitu juga dengan Eropa dan Inggris," ujar Perry dalam pertemuan tahunan dengan para analis, Kamis (26/1). 

Perry juga memperkirakan suku bunga The Fed hanya akan turun 50 bps menjadi 4,5% pada 2024. Ia meramal Bank Sentral Eropa menaikkan bunga menjadi 3% pada tahun ini dan mempertahankan hingga tahun depan. Sementara Bank Sentral Inggris ditaksir menaikkan bunga menjadi 4,25% pada tahun ini dan turun menjadi 3,5% pada tahun depan. 

Lantas bagaimana dampaknya terhadap ekonomi Indonesia?

Perry menjelaskan, kenaikan suku bunga global berdampak pada aliran modal asing dan nilai tukar. Kenaikan bunga yang terjadi pada tahun lalu berdampak negatif secara signifikan terhadap revaluasi aset bank-bank sentral di negara emerging market.

"Yang menjadi tantangan bagi bank sentral negara emerging market adalah bagaimana menangani suku bunga global yang tinggi," ujar Perry. 

Meski Indonesia merupakan salah satu negara dengan indikator perekonomian yang sangat baik di regional, menurut dia, suku bunga tinggi tetap akan berdampak pada aliran modal asing.

"Apakah respons kebijakan saat ini sudah cukup? Kemungkinan tidak. Kita harus punya cadangan devisa yang cukup dan inovasi untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global," katanya. 

Tren suku bunga yang tinggi akan berdampak pada penguatan dolar AS. Penguatan dolar AS akan sangat memengaruhi nilai tukar mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah. Kurs rupiah akan mempengaruhi inflasi atau kenaikan harga barang di dalam negeri melalui impor atau imported inflation.

Namun, menurut Perry, penguatan dolar AS pada tahun ini kemungkinan tak akan sekuat tahun lalu. BI mencatat rupiah melemah 8,2% terhadap dolar AS sepanjang tahun lalu. Sementara pada sepanjang tahun ini, rupiah telah menguat hampir 4%. 

Beberapa langkah saat ini tengah dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia demi menjaga rupiah tetap stabil di tengah gejolak global. Salah satunya memastikan para eksportir menempatkan dolar-nya dalam jangka waktu yang lebih lama melalui perubahan aturan DHE dan insentif untuk penempatan valas di dalam negeri.