Nama Menteri Keuangan Sri Mulyani belakangan ramai disebut-sebut menjadi kandidat kuat yang akan diajukan Presiden Jokowi sebagai gubernur Bank Indonesia yang baru menggantikan Perry Warjiyo. Sebelumnya, ada lima mantan bos BI yang lebih dulu memulai karier sebagai menteri keuangan.
Untuk diketahui, masa jabatan Gubernur BI saat ini, Perry Warjiyo akan berakhir pada Mei mendatang. Dalam UU BI, sebetulnya Perry masih bisa kembali dicalonkan untuk jabatan yang sama untuk sekali periode. Karena itu, nama Perry juga banyak dibicarakan akan kembali dicalonkan untuk lima tahun ke depan.
Ekonom senior sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah menilai Sri Mulyani dan Deputi Gubernur BI Doni P Joewono termasuk di antara nama-nama potensial menggantikan Perry Warjiyo. Meski demikian, Senayan diketahui sampai saat ini belum menerima Surpres Jokowi untuk usulan nama calon tersebut.
Piter melihat potensi pencalonan Sri Mulyani untuk menjadi orang nomor satu di BI cukup besar. "Pak Jokowi sangat dekat dan percaya dengan Sri Mulyani. Sementara Sri Mulyani sudah terlalu lama di Kementerian Keuangan," kata Piter pekan lalu.
Sri Mulyani beberapa hari lalu sudah memberikan tanggapannya terkait ramai namanya disebut-sebut sebagai kandidat kuat bos BI yang baru.
"Kalau mengenai gubernur BI itu prosesnya diatur di dalam UU yang sudah ada. Kami tetap fokus mengurusi pekerjaan di dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), karena itu tugas utama kita," ujarnya dalam konferensi pers KSSK di kantor pusat Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (31/1).
Meski demikian, dari daftar 17 nama pejabat Gubernur BI sejak 1953, ada lima nama yang sebelumnya juga menjabat menteri keuangan kemudian digeser menjadi gubernur BI. Berikut profil lengkapnya.
Profil Mantan Menkeu Menjadi Gubernur BI
1. Agus Martowardojo
Ia menjabat sebagai menteri keuangan Indonesia 2010-2013, kemudian ditunjuk sebagai gubernur BI untuk periode 2013-2018 atau sebelum Perry Warjiyo. Agus terkenal sebagai bankir, ia merupakan Direktur Utama Bank Mandiri dan beberapa pentolan bank besar di Tanah Air sebelum ditunjuk sebagai menteri keuangan. Ia saat ini berkarier sebagai Komisaris Utama Bank Negara Indonesia (BNI).
2. Boediono
Ia menjabat sebagai menteri keuangan pada 2001-2004. Selama jabatannya itu, ia dikenali sebagai pelopor terbitnya beberapa UU penting terkait keuangan negara, diantaranya UU 17 2003 tentang Keuangan Negara, UU 1 2004 tentang PErbendaharaan Negara dan UU 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara.
Ia kemudian ditunjuk sebagai Gubernur BI pada 2008-2009, namun kariernya di bank sentral jauh sebelum itu. Ia pernah menjabat sebagai Direktur di BI yang mengawasi BPR serta operasi dan pengendalian moneter sebelum tahun 2000-an. Jabatannya sebagai gubernur bank sentral hanya setahun, pasalnya ia kemudian terpilih mendampingi SBY sebagai wakil presiden.
3. Soetikno Slamet
Ia memulai karirnya sebagai menteri keuangan pada periode Presiden Soekarno kabinet Djuanda/Karya pada 1957-1959. Selesai mengurusi fiskal, ia kemudian ditunjuk sebagai Gubernur BI pada tahun 1959-1960.
4. Lukman Hakim
Ia menjabat sebagai menteri keuangan pada tahun 1948-1950. Khusus untuk 1949-1950, ia menjabat sebagai menkeu di bawah kabinet Susanto dan Halim di Yogyakarta. Saat itu terdapat dua jabatan Menkeu, lainnya yakni Sjafruddin Prawiranegara yang merupakan Menkeu Republik Indonesia Serikat (RIS) di jakarta. Lukman kemudian ditunjuk sebagai Gubernur BI pada 1958-1959.
5. Sjafruddin Prawiranegara
Gubernur pertama BI itu memulai karirnya di kantor pajak Kediri kementerian keuangan pemerintahan Hindia Belanda pada 1940-1942 yang kemudian didapuk sebagai menteri keuangan pada 1946-1951. Ia kemudian menjabat sebagai gubernur pertama BI setelah dinasionalisasi pada 1953-1958.
Di luar lima nama tersebut, ada juga Darmin Nasution yang sebetulnya juga sempat berkarier sebagai pejabat otoritas fiskal sebelum pindah ke bank sentral. Ia merupakan Dirjen Pajak Kementerian Keuangan 2006-2009 yang kemudian menjadi Gubernur BI sejak 2009-2013, sebelum Agus Martowardojo.