Bank Indonesia optimistis rupiah masih berpeluang terus menguat. Kurs garuda dibuka menguat tajam pagi ini dan sempat menyentuh level 14.500 per dolar AS setelah pasar menangkap sinyal bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve tak akan lagi menaikkan suku bunga.
Mengutip Bloomberg, rupiah bergerak di level 14.631 per dolar AS pada pukul 11.00 WIB, menguat 0,4% dibandingkan penutupan kemarin. Dengan penguatan tajam hari ini, rupiah sudah menguat 6% sepanjang 2023.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto mengatakan, rupiah masih berpotensi menguat ke depan. "Faktornya. yakni kebijakan The Fed yang berpotensi agak dovish dan ekonomi Indonesia yanh dinilai masih positif," ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (4/5).
Adapun penguatan tajam rupiah pagi ini tak lepas dari pertemuan pembuat kebijakan The Fed semalam. Menurut Edi, pelaku pasar telah menangkap sinyal The Fed yang akan lebih dovish ke depan. Ekspektasi yang berkembang saat ini, bank sentral AS kemungkinan tak akan menaikkan suku bunga sampai akhir tahun. Sentimen itulah yang mendorong rupiah dan mata uang regional lainnya menguat terhadap dolar AS pagi ini.
Kenaikan bunga The Fed dini hari tadi sebesar 25 bps sebetulnya sudah sesuai ekspektasi pasar. Namun, perhatian investor kini tertuju pada sinyal bahwa siklus kenaikan mungkin sudah mendekati babak akhir. Beberapa kalimat bernada hawkish yang biasa termuat dalam dokumen hasil rapat The Fed sebelumnya pada rapat dini hari tadi mulai dihilangkan. Selain itu, Gubernur The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers juga mengatakan kondisi saat ini sudah lebih dekat saat berbicara terkait titik akhir kenaikan suku bunga seperti dikutip dari Reuters.
Meski telah menikmati penguatan beberapa waktu terakhir, BI mengaku masih terus memcermati perkembangan data ekonomi AS yang berisiko mendorong pembalikan atau pelemahan rupiah ke depan.
"Khususnya yang terkait perkembangan sektor tenaga kerja dan angka inflasi AS, dimana inflasi inti di AS trennya masih mengalami kenaikan, ini yang masih terus kita cermati," kata Edi.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra menyebut, hasil rapat The Fed kali ini sebetulnya tidak sepenuhnya sesuai ekspektasi pasar. Beberapa pelaku pasar mengharapkan The Fed akan memberi sinyal yang jelas soal pemangkasan suku bunga, namun hanya menyinggung soal kemungkinan menahan kenaikan.
"Tapi hal tersebut mungkin cukup untuk mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini. Penekanannya pada indikasi tidak menaikan suku bunga dalam waktu dekat. Nilai tukar emerging markets lainnya pun terlihat menguat pagi ini terhadap dolar AS," kata Ariston dalam catatannya pagi ini.
Selain itu, menurut dia, kekhawatiran pasar soal krisis perbankan AS dengan kenaikan suku bunga acuan AS kali ini juga menjadi bisa pemicu pelemahan dolar AS. Oleh karena itu, ia memperkirakan rupiah berpotensi menguat ke arah Rp 14.600, dengan resisten di kisaran Rp 14.750 per dolar AS.