Surplus Neraca Dagang April Diramal Meningkat, Ini Faktor Pendorongnya

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom.
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di kawasan Pelabuhan Pelindo II, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/11/2022).
15/5/2023, 08.32 WIB

Surplus neraca perdagangan April diramal meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Faktor pendorongnya karena impor yang turun lebih dalam dibandingkan ekspor di tengah periode libur lebaran yang panjang. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan neraca dagang April akan surplus US$ 3,34 miliar. Jumlah ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya US$ 2,91 miliar. Menurut Josua, peningkatan neraca perdagangan didorong impor yang diramal turun lebih dalam dibandingkan ekspor.

"Baik ekspor dan impor diperkirakan akan mengalami pertumbuhan negatif secara bulanan sejalan dengan jumlah hari perdagangan yang lebih pendek di bulan April karena libur Idul Fitri dan cuti bersama.," ujar Josua dikutip dari catatannya, Senin (15/5).

Meski demikian, Josua melihat beberapa harga komoditas ekspor utama Indonesia seperti batu bara dan CPO tercatat naik masing-masing sekitar 7% dibandingkan Maret dan 2,3%. Namun volume ekspor diperkirakan turun seiring penurunan aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Cina dan Uni Eropa. 

Seperti diketahui, indeks PMI Manufaktur Cina jatuh ke zona kontraksi pada April setelah masih bertahan ekspansi pada bulan sebelumnya. Sementara itu, di sisi impor turun lebih tajam mengingat jumlah hari yang lebih pendek untuk produksi manufaktur. Namun, Josua memperkirakan tren peningkatan aktivitas manufaktur Indonesia yang mengindikasikan peningkatan impor diperkirakan akan terefleksi pada bulan ini.

Dampak Libur Panjang Lebaran

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus dagang April sebesar US$ 3,25 miliar. Berbeda dengan Josua, Faisal menyebut baik ekspor maupun impor diperkirakan menurun di tengah musim libur lebaran.

Faisal menjelaskan, dibandingkan tahun lalu ekspor diperkirakan terkontraksi lebih dalam dibandingkan penurunan pada Maret. Penyebabnya karena basis yang tinggi pada April lalu dan lebaran 2022 jatuh pada Mei sehingga hari kerja bulan April lebih panjang. Selain itu, harga komoditas juga melanjutkan penurunan karena ekonomi global melemah.

Menurut Faisal, hari libur yang lebih panjang pada April tahun ini juga menyebabkan impor turun dibandingkan tahun lalu. Aktivitas produksi dan investasi terpengaruh oleh libur lebaran tersebut. 

"Kegiatan terkait investasi juga cenderung melambat di tengah jatuhnya harga komoditas dan lingkungan suku bunga yang tinggi," kata Faisal.  

Sementara itu Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan surplus dagang April akan meningkat menjadi US$ 3,47 miliar. Penurunan impor secara bulanan akan lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor.

Ekspor diperkirakan turun 6,71% dibandingkan Maret. Hal ini sejalan dengan libur lebaran yang membatasi kegiatan distribusi dan ekspor barang. Selain itu, volume ekspor juga masih melemah dan rata-rata harga masih turun seiring prospek ekonomi beberapa negara mitra dagang utama Indonesia masih mix.

Impor turun lebih dalam dibandingkan ekspor karena faktor libur lebaran. Selain itu, penurunan juga karena ada faktor front loading, yang mana impor untuk kebutuhan Ramadan dan lebaran sudah dilakukan pada bulan Maret.

Reporter: Abdul Azis Said