Rupiah melemah 39 poin ke level Rp 14.790 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Komentar hawkish pejabat bank sentral AS, kekhawatiran krisis perbankan AS, dan data perlambatan ekonomi Cina menekan kinerja rupiah di tengah penantian rilis neraca dagang domestik pagi ini.
Mengutip Bloomberg, rupiah makin terpuruk ke arah Rp 14.815 pada pukul 09.30 WIB atau sudah melemah 0,43% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah terhadap dolar AS pagi ini. Kurs rupiah, won Korea Selatan, ringgit Malaysia dan peso Filipina yang terkoreksi lebih dari 0,3%. Sebaliknya, baht Thailand dan dolar Singapura menguat masing-masing 0,39% dan 0,01%.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan melemah hari ini setelah komentar hawkish pejabat bank sentral AS, The Fed dan ekspektasi inflasi tinggi AS di masa depan. Kurs rupiah kemungkinan melemah dengan bergerak di rentang Rp 14.700-Rp 14.850 per dolar AS
"Rupiah diperkirakan akan melemah tertekan oleh penguatan dolar AS dan naiknya imbal hasil obligasi AS setelah data sentimen konsumen AS meunjukkan kenaikan pada ekspektasi inflasi jangka panjang," kata Lukman dalam catatannya pagi ini, Senin (15/5).
Ekspektasi inflasi AS pada awal Mei meningkat ke rekor tertingginya selama 12 tahun. Berdasarkan data University of Michigan, konsumen melihat inflasi secara tahunan kemungkinan 3,2% selama lima hingga 10 tahun ke depan.
Rupiah juga akan tertekan oleh sentimen hawkish pejabat The Fed. Anggota komite pembuat kebijakan The Fed Michelle Bowman menegaskan bahwa data terkini belum menjamin bahwa tekanan inflasi mereda. Oleh karena itu, menurutnya, pengetatan moneter lebih lanjut mungkin masih dibutuhkan.
Ia mengatakan, pasar juga menunggu rilis data neraca dagang April 2023 dari dalam negeri. Surplus yang lebih besar atau sesuai espektasi pasar akan membantu menahan pelemahan tidak terlalu dalam. Berdasarkan survei Investing, pasar memperkirakan surplus perdagangan akan mencapai US$ 3,38 miliar.
Senada, analis PT Sinarmaa Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah ke arah Rp 14.800 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 14.700 per dolar AS. Pasar masih terus memantau perkembangan krisis perbankan AS.
"Kekhawatiran pasar soal krisis perbankan AS, kali ini bank regional AS menjadi sorotan, dimana salah satu masalahnya yaitu terjadi penurunan deposit, menjadi salah satu pemicu penguatan dolar AS dimana dolar masih menjadi aset safe haven," kata Ariston dalam catatannya pagi ini.
Pelaku pasar juga masih menantikan hasil negosiasi kenaikan batas utang AS. Pendanaan pemerintah AS semakin terbatas dengan risiko default atau gagal bayar utang jika kesepakatan untuk menaikkan plafon utang tak kunjung tercapai hingga awal bulan depan.
Ariston mengatakan, sentimen pelemahan juga berasal dari isu pelambatan ekonomi setelah data neraca perdagangan Cina pada April menunjukan penurunan pertumbuhan ekspor dan impor. Survei aktivitas manufaktur Cina bulan April juga menunjukkan kontraksi.
Di sisi lain, ekspektasi pasar bahwa The Fed tidak akan menaikan suku bunga acuannya untuk sementara dinilai bisa menjadi katalis untuk menahan penguatan dolar AS. Data neraca dagang yang dirilis hari ini juga bisa menjadi penggerak rupiah hari ini.
"Hasil surplus yang diimbangi kenaikan pertumbuhan ekspor bisa membantu penguatan rupiah," kata Ariston.