Kementerian Keuangan berencana mengurangi penerbitan surat berharga negara (SBN) pada tahun ini. Rencana ini seiring kinerja penerimaan negara yang masih cukup bagus sepanjang awal tahun ini.
"Kami mengantisipasi. Dalam hal dengan penerimaan yang cukup besar, maka penerbitan SBN bisa diturunkan sesuai dengan kondisi keuangan yang cukup baik pada kuartal satu ini," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers daring, Senin (22/5).
Kementerian Keuangan telah menarik utang baru untuk pembiayaan APBN tahun ini sebesar Rp 243,9 triliun hingga akhir April 2023. Realisasi itu meningkat 56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sri Mulyani menyebut, kenaikan tersebut tak lepas dari strategi pemerintah untuk melakukan front loading pembiayaan, yakni agresif menarik utang di awal tahun saat suku bunga pinjaman belum terlalu tinggi. Ia memang sempat menyinggung tren kenaikan suku bunga mungkin mulai berakhir, tetapi fenomena higher for longer alias suku bunga tinggi mungkin bertahan lama.
Realisasi pembiayaan utang hingga April 2023 setara 35% dari rencana dalam APBN sebesar Rp 696,3 triliun. Mayoritas berasal dari penerbiran SBN sebesar Rp 240 triliun, sedangkan sisamya Rp 3,9 triliun merupakan penarikan pinjaman.
Adapun kinerja penerimaan negara memang masih cukup moncer sehingga diharap bisa mengurangi kebutuhan menerbitkan utang baru. Realisasi pendapatan negara sudah mencapai Rp 1.000,5 triliun atau 40,6% dari target.
Pendapatan negara tumbuh kuat mencapai 17,3%, ditopang setoran pajak dan penerimaan negara bukan pajak atau PNBP saat kepabeanan dan cukai justru anjlok. Setoran pajak tumbuh 21,3% menjadi Rp 688,1 triliun, sedangkan PNBP sebesar tumbuh 22,8% menjadi Rp 217,8 triliun.
Penerimaan pajak yang menyumbang lebih dari separuh pendapatan negara disumbangkan oleh setoran Pajak Penghasilan (PPh) sebesar Rp 410,9 triliun, naik 20,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) mencapai Rp 239,9 triliun atau naik 25% secara year on year.
Dengan penerimaan pajak dan PNBP yang kuat itu, APBN berhasil mencetak surplus jumbo Rp 234,7 triliun. Surplus jumbo ini seiring kinerja pendapatan negara yang tumbuh dua digit dan realisasi belanja yang relatif masih lambat.