Rupiah melemah 48 poin ke level Rp 14.948 per dolar AS pada pembukaan perdagangan di pasar spot pagi ini, Kamis (25/5). Pergerakan kurs garuda hari ini akan diwarnai kekhawatiran pasar terhadap isu plafon utang AS dan pengumuman suku bunga Bank Indonesia.
Mengutip Bloomberg, rupiah sedikit menguat dari posisi pembukaan ke level rp 14.944 pada pukul 09.25 WIB, namun tetap masih melemah 0,29% dibandingkan penutupan kemarin.
Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah, kecuali rupee India. Beberapa diantaranya yang turun paling dalam yakni won Korea Selatan 0,56% , ringgit Malaysia 0,53% dan baht Thailand 0,28%.
Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, memperkirakan rupiah akan kembali tertekan hari ini di tengah kekhawatiran soal isu plafon utang AS dan rilis notulen rapat bank sentral AS, The Fed semalam. Ia memperkirakan rupiah melemah ke arah Rp 14.930-Rp 14.950, dengan potensi support di kisaran Rp 14.860 per dolar AS.
"Kekhawatiran soal kesepakatan batas utang AS yang belum tercapai mendekati deadline pembayaran utang AS menjadi pemicu penguatan dolar AS tersebut. Pasar mungkin mengkonsolidasikan diri dari aset berisiko ke aset aman dolar AS," kata Ariston dalam catatannya pagi ini, Kamis (25/5).
Pasar juga merespon rilis notulen rapat The Fed semalam yang tidak memberi sinyal terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga ke depan.
Dokumen mengungkap para pembuat kebijakan The Fed secara umum masih belum bisa memastikan seberapa besar tambahan pengetatan moneter yang diperlukan untuk memerangi inflasi. Di sisi lain, para regulator juga melihat inflasi masih sangat tinggi.
Pasar Menunggu Pengumuman BI
Dari dalam negeri, pasar akan menunggu pertemuan bulanan Dewan Gubernur BI. Mayoritas memperkirakan suku bunga akan ditahan di level 5,75%. Namun pasar juga menantikan komentar BI soal optimisme perekonomian yang menurut Ariston bisa menjadi sentimen positif ke rupiah.
Analis DCFX Lukman Leong juga memperkirakan rupiah akan melemah dengan bergerak di rentang Rp 14.850-Rp 15.000 per dolar AS. Kekhawatiran pasar terhadap isu plafon utang AS telah memicu sentimen risk off alias pasar cenderung menghindari aset berisiko.
"Dari domestik, BI diperkirakan akan mempertahankan kebijakan, namun investor mengharapkan pernyataan hawkish dari Gubernur BI, hal ini mungkin akan menahan perlemahan lebih lanjut," kata Lukman dalam catatannya.
Berikut pergerakan Rupiah selama tiga bulan terakhir, seperti tertera dalam grafik.