Ekonom kompak memperkirakan Bank Indonesia tidak akan menaikkan suku bunga acuannya pada hari ini meski bank sentral AS, The Fed memberi sinyal hawkish pada pertemuan pekan lalu. Sebagai gantinya, BI kemungkinan akan menahan suku bunganya sampai akhir tahun tanpa ada pemangkasan untuk menstabilkan rupiah.
Siklus kenaikan suku bunga BI sudah berakhir sejak Februari dengan terus ditahan di level 5,75%. Sebagian besar ekonom memperkirakan kebijakan itu masih akan dipertahankan pada Rapat Dewan Gubernur (RGD) yang berlangsung hari ini, Kamis (22/6).
Pelaksanaan RDG kali ini berlangsung di tengah bayang-bayang kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed masih dua kali tahun ini yang dinilai akan membebani rupiah. Pengumuman BI keluar pada pukul 14.00 WIB.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat ruang kenaikan suku bunga BI kecil meski ada tekanan hawkish The Fed. Alasannya karena imbal hasil alias yield ril Indonesia, yakni yield obligasi dikurang inflasi, masih menarik. Apalagi, inflasi kemungkinan akan terus turun sehingga yield ril bisa tetap kompetitif.
"Dengan fakta bahwa inflasi di Indonesia cenderung mereda lebih cepat dari AS, investor kemungkinan akan mempertahankan minatnya pada obligasi pemerintah Indonesia untuk mendukung pasar obligasi domestik dan rupiah," kata Josua dalam catatannya yang dikutip Kamis (22/6).
Di sisi lain, BI diramal tak akan memangkas suku bunganya sampai akhir tahun ini meski inflasi akan terus turun. Ini disiapkan untuk menjaga rupiah di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed dan perlambatan ekonomi Cina dan global.
Senada dengan Josua, Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution juga menilai kemungkinan kenaikan bunga BI kecil karena imbal hasil riil Indonesia tetap kompetitif sekalipun The Fed menaikkan bunga. Sebaliknya, untuk merespon The Fed, BI akan tetap menjaga daya tarik aset dalam negeri dengan mempertahankan suku bunga sampai akhir tahun.
Ia memperkirakan penurunan suku bunga baru akan dilakukan BI ada awal tahun depan. "Likuiditas di perekonomian masih ample, dan kinerja perekonomian dalam negeri masih relatif baik, sehingga belum perlu menurunkan suku bunga," kata Damhuri.
Strategi Jaga Inflasi
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Samual juga memperkirakan suku bunga BI akan ditahan. Meski inflasi kemungkinan semakin turun, tetapi suku bunga kebijakan tak akan berubah mengantisipasi penurunan pada neraca eksternal Indonesia akibat surplus neraca dagang menyusut mendekati defisit.
Meski demikian, ia memperkirakan BI akan mengambil sikap dovish pada tahun ini melalui instrumen kebijakan lain di luar suku bunga. Misalnya pelonggaran kebijakan GWM maupun makroprudensial lainnya. Ruang penurunan suku bunga dinilai kecil.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman pun memperkirakan suku bunga ditahan hari ini. BI dinilai akan berhati-hati merespon keputusan The Fed pekan lalu. Paslanya, ekspektasi kenaikan bunga The Fed akan mempengaruhi yield obligasi Indonesia.
"Jika yield 10 tahun terus menurun mendekati 6%, menurut kami BI tidak perlu menaikkan suku bunga. Selain itu, jika inflasi tetap terkelola baik di kisaran target sampai akhir tahun, maka ruang kenaikan akan terbatas," kata Faisal.
Ekonom KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana menjadi ekonom lainnya yang memperkirakan suku bunga BI akan ditahan hari ini. BI dinilai tak perlu merespon hawkish The Fed dengan kenaikan suku bunga juga karena nilai tukar rupiah relatif terjaga sekalipun depresiasi belakangan ini. Meski demikian, bank sentral dinilai perlu menjaga stabilitas rupiah melalui cara lain seperti operasi moneter triple intervention atau melalui kebijakan makroprudensial.