Bank Indonesia akan menambah likuiditas perbankan melalui sejumlah kebijakan makroprudensial mencapai Rp 48 triliun. Langkah ini untuk mengantisipasi penyaluran kredit yang diperkirakan lebih lambat pada tahun ini dari perkiraan semula 10%-12% menjadi 9%-11%.
BI meningkatkan insentif likuiditas makroprudensial perbankan yang bisa menambah likuiditas bank-bank domestik hingga puluhan triliun.
Gubernur BI menyebut pertumbuhan penyaluran kredit perbankan melambat pada bulan lalu karena permintaan kredit dunia usaha menurun. Kredit hanya tumbuh 7,8% secara tahunan, tak setinggi bulan sebelumnya 9,4%.
Menurut Perry, melemahnya pertumbuhan kredit bukan disebabkan sisi penawaran. Ini karena likuiditas yang masih berlimpah, tingginya rencana penyaluran kredit perbankan, serta standar penyaluran kredit yang masih longgar.
Sebaliknya, ia melihat sisi permintaan kredit tertahan. Menurut dia, korporasi cenderung mempercepat pelunasan kredit, dan berperilaku wait and see dalam meningkatkan rencana investasinya ke depan. Namun, Perry tak memerici penyebab aksi wait and see para pengusaha.
Perry menegaskan pihaknya akan terus mendukung penyaluran kredit dari sisi penawaran. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan insentif likuditas makroprudensial perbankan.
"Peningkatkan insentif ini difokuskan pada sektor-sektor yang memiliki daya ungkit lebih tinggi bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, khususnya pada sektor hilirisasi, perumahan, pariwisata, inklusif termasuk UMKM, serta ekonomi keuangan hijau," kata Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (25/7).
Insentif tersebut diberikan dengan pengurangan rasio giro dalam rupiah yang wajib disetor perbankan ke BI. Total insentif pengurangan rasio GWM paling besar 4%, meningkat dari sebelumnya paling besar 2,8%.
Insentif tersebut antara lain:
- Penyaluran kredit kepada sektor tertentu yang ditetapkan oleh BI mendapat pengurangan GWM paling besar 2%, meningkat dari sebelumnya 1,5%
- Insentif kepada bank penyalur kredit inklusif ditingkatkan dari sebelumnya 1% menjadi 1,5%, dengan rincian 1% untuk penyaluran kredit UMKM/KUR dan 0,5% untuk penyaluran kredit UMi.
- Insentif terhadap penyaluran kredit hijau menjadi paling besar 0,5%, meningkat dari sebelumnya 0,3%;
Dengan penambahan insentif tersebut, BI memperkirakan likuditas di perbankan bisa bertambah hampir Rp 48 triliun.
"BI punya jamu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui insentif likuiditas makrporudensial ini yang akan menjadi pendorong pertumbuhan kredit dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," kata Perry.