Pakar Nilai VCL Layak Geser MIND ID Jadi Pengendali Vale

Katadata / Wahyu Dwi Jayanto
Ilustrasi.
28/7/2023, 21.12 WIB

Praktisi pertambangan hingga pakar energi menilai langkah Kementerian ESDM untuk memberikan amanat kepada Vale Canada Limited (VCL) sebagai pengendali operasi PT Vale Indonesia (Vale) merupakan langkah positif. Rencana tersebut dapat menggugurkan ambisi Holding Industri Pertambangan BUMN, PT Mineral Industri Indonesia alias MIND ID yang juga ingin menjadi pemegang kendali operasi Vale.

Mereka menilai, proses divestasi lanjutan Vale bakal mirip dengan mekanisme divestasi saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Skema tersebut menjadikan Freeport McMoran sebagai pengendali operasi Freeport meski MIND ID memiliki 51,2% kepemilikan saham (PTFI).

Wacana tarik-menarik hak pengendali operasional Vale Indonesia antara VCL dan MIND ID berawal dari kewajiban divestasi saham. Divestasi itu untuk memenuhi persyaratan perpanjangan kontrak karya (KK) pertambangan yang akan berakhir pada 28 Desember 2025.

Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan, VCL punya nilai kuat sebagai pengendali operasi Vale. Hal itu merujuk pada kemajuan perusahaan yang menerapkan prinsip pengelolaan operasi tambang dengan kaidah environmental, social, and corporate governance alias ESG.

Menurut dia,  VCL sebagai pengendali operasi dapat lebih leluasa mengarahkan kebijakan serta anggaran operasional Vale untuk menerapkan praktik pertambangan ESG berstandar internasional. Hal itu dinilai penting untuk menjaga integritas Vale sebagai pertambangan yang mengedepankan aspek kebelangsungan lingkungan.

"Vale merupakan salah satu perusahaan tambang yang mayoritas sumber energinya berasal dari energi bersih, dengan beroperasinya tiga unit pembangkit listrik tenaga air," kata Rizal saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Jumat (28/7).

PLTA yang dimaksud oleh Rizal adalah PLTA Balambano, PLTA Larona, dan PLTA Karebbe berkapasitas total 365 megawatt (MW) yang menyuplai setrum bersih ke perusahaan tambang nikel di Blok Sorowako, Sulawesi Selatan.

Rizal juga menilai positif langkah Vale untuk melepas 14% saham perusahaan kepada entitas lokal sebagai syarat perpanjangan kontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 112 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Pelepasan tersebut melengkapi divestasi 40% saham yang dijual perusahaan itu kepada pihak Indonesia pada 1990 dan 2020.

"Sehingga MIND ID menjadi 34% dan saham Vale Canada menjadi 33.49%. Divestasi saham tersebut tentu saja diambil secara proporsional dari porsi saham asing masing-masing Vale Canada, Sumitomo Metal, Vale Japan dan Sumitomo," ujar Rizal.

Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI), pemegang saham Vale Indonesia saat ini terdiri dari Vale Canada Limited dengan 43,79%, Sumitomo Metal Mining 15,03%, MIND ID 20%, Vale Japan Limited 0,55%, Sumitomo Corporation 0,14%, dan publik 20,49%.

Kepala Divisi Komunikasi PT Vale Indonesia Bayu Aji Suparam irit bicara soal pelepasan saham 14% saham perusahaan. Dia mengatakan, negosiasi terkait divestasi Vale merupakan permufakatan antara MIND ID, VCL dan Sumitomo sebagai pemegang saham.

"Saya dari PT Vale, sehingga tidak bisa memberi keterangan yang ranahnya para pemegang saham," kata Bayu lewat pesan singkat pada Jumat (28/7).

Sikap serupa juga disuarakan oleh Peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman. Dia menjelaskan bahwa hak pengendali operasi yang jatuh kepada VCL bakal memberikan kewenangan utuh untuk menentukan anggaran operasional perusahaan, rencana perusahaan hingga Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Vale Indonesia.

"Maka MIND ID hanya jadi pihak penerima dividen saja. Tapi, kalau Vale Canada tidak mengendalikan operasi dan keuangan maka agak sulit untuk bangun hilirisasi di Indonesia," kata Ferdy saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Jumat (28/7).

Vale Indonesia sejauh ini sudah mendirikan tiga unit smelter nikel di dalam negeri. Vale bersama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company telah menandatangani Perjanjian Kerangka Kerjasama untuk mengembangkan proyek peleburan dan pemurnian nikel di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Vale juga sedang pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian nikel milik di Desa Bahomotefe, Kecamatan Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah. Smelter dengan nilai investasi sekitar Rp 37 triliun itu merupakan hasil kerja sama dengan Taiyuan Iron & Steel Limited (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology.

Terakhir, Vale juga membangun smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengolah bijih nikel limonit, di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Proyek yang menelan biaya US$ 1,8 miliar atau Rp 26,82 itu merupakan buah kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company atau Huayou.

"Dengan biaya investasi itu, secara bisnis masuk akal jika VCL pegang kendali operasional karena mereka sudah bangun industri hilir sebagai langkah kebijakan hilirisasi pemerintah," kata Ferdy.

Menteri ESDM Arifin Tasrif memberi sinyal menyetujui permintaan Vale Canada Limited (VCL) untuk menjadi pengendali operasi PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Dengan demikian, Holding Industri Pertambangan BUMN, PT Mineral Industri Indonesia alias MIND ID kemungkinan tidak menjadi pengendali operasi Vale Indonesia.

Arifin mengatakan VCL unggul dalam kemampuan pengolahan nikel. Dia menyebut VCL punya pengalaman puluhan tahun sebagai penambang sekaligus pengolah bijih nikel lewat modal kepemilikan fasilitas pemurnian. "Kalau soal kendali operasi iya, karena kemampuan pengoperasian pertambangan mereka unggul," kata Arifin di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (28/7).

Vale wajib menyerahkan 11% saham kepada pihak Indonesia sebagai syarat perpanjangan kontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 112 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Pelepasan tersebut melengkapi divestasi 40% saham yang dijual perusahaan itu kepada pihak Indonesia pada 1990 dan 2020.

Vale pun telah bersedia melepas 14% saham perusahaan kepada entitas lokal dengan syarat menjadi pihak pengendali operasional dan konsolidasi finansial. Di sisi lain, pemerintah masih berupaya untuk menjadi pihak pengendali keuangan Vale. "Kalau mengenai keuangan nanti akan diselesaikan antara dua pihak MIND ID dan VCL," ujar Arifin.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu