Utang Luar Negeri Indonesia Terus Turun, Rekor Terendah dalam 7 Bulan
Bank Indonesia mencatat utang luar negeri mencapai US$ 396,3 miliar atau setara Rp 5.944 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.000 per dolar AS pada akhir Juni 2023. Posisi ULN tersebut turun US$ 6,9 miliar dibandingkan akhir kuartal pertama atau Maret 2023 dan merupakan yang terendah dalam tujuh bulan terakhir.
Utang luar negeri Indonesia terdiri atas utang publik dan swasta. Penurunan ULN terutama terjadi pada utang swasta yang berkurang lebih dari US$ 5 miliar. Adapun utang publik mencakup milik pemerintah dan bank sentral. Utang pemerintah pada akhir Juni tercatat US$ 192,5 miliar, turun dari akhir kuartal pertama sebesar US$ 194 miliar.
"Penurunan posisi utang luar negeri pemerintah secara kuartalan disebabkan oleh pembayaran neto pinjaman luar negeri dan global bond yang jatuh tempo," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangannya, Selasa (15/8).
Adapun penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik meningkat seiring dengan sentimen positif pelaku pasar global yang tetap terjaga. Sementara itu, utang publik melalui bank sentral turun tipis US$ 107 juta menjadi US$ 9,29 miliar.
Utang swasta menurun lebih besar dibandingkan kuartal sebelumnya. Posisi utang luar negeri swasta pada akhir bulan Juni sebesar US$ 194,4 miliar, turun dibandingkan akhir Maret sebesar US$ 199,7 miliar.
Utang swasta juga turun 5,6% secara tahunan, lebih dalam dibandingkan kontraksi pada kuartal sebelumnya sebesar 3%. Perkembangan tersebut dikontribusikan oleh makin dalamnya kontraksi utang lembaga keuangan dan perusahaan bukan lembaga keuangan masing-masing sebesar 7,4% dan 5,1%.
BI pun melihat struktur utang luar negeri Indonesia semakin sehat seiring penurunan ULN. Hal ini tercermin dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,3% dibandingkan dengan rasio pada kuartal sebelumnya sebesar 30,1%.
Selain itu, struktur utang Indonesia tetap sehat ditunjukkan oleh dominasi utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 87,7%. Utang luar negeri pemerintah yang memiliki tenor jangka panjang mencapai 99,8% sementara utang swasta yang berjangka panjang memiliki pangsa sebesar 75,4%.