Nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,57% ke level Rp 15.490 per dolar AS tertekan dolar Amerika Serikat yang menguat karena ekspektasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve.
Mengutip Bloomberg, mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar AS. Won Korea Selatan melemah paling dalam mencapai 0,93%, disusul rupiah 0,57%, baht Thailand 0,45%, peso Filipina 0,33%, rupee India 0,11%, dolar Singapura 0,06%, dan dolar Hong Kong 0,02%.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, kekhawatiran penutupan pemerintah di Amerika Serikat tak banyak menghambat penguatan dolar AS akibat ekspektasi kenaikan suku bunga AS. Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari memperkirakan suku bunga AS akan naik satu kali lagi pada tahun ini dan bertahan di level tinggi hingga 2024.
"Komentarnya serupa dengan pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell pada pekan lalu yang mengatakan bahwa inflasi tinggi dan pasar tenaga ketat kemungkinan menyebabkan kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini," ujar Ibrahim dalam risetnya, Selasa (26/9).
Powell juga tak melihat akan ada penurunan suku bunga besar-besaran tahun depan. Suku bunga The Fed diperkirakan tetap di atas 5% hingga tahun 2024.
Pergerakan rupiah juga dipengaruhi kondisi Cina yang menghadapi krisis properti. Ada kekhawatiran pengawasan peraturan lebih ketat terhadap sektor yang sudah berjuang menghadapi krisis uang tunai tersebut.
"Fokus minggu ini adalah data indeks manajer pembelian dari Tiongkok untuk mendapatkan petunjuk terkait aktivitas bisnis," kata dia.
Adapun Ibrahim memperkirakan, rupiah akan bergerak berfluktuatif pada perdagangan besok, tetapi ditutup melemah di rentang Rp 15.480 - Rp 15.550 per dolar AS.