Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah 0,24% ke level 15.692 pada akhir pekan, Jumat (10/11). Analis pasar uang, Lukman Leong memperkirakan pelemahan rupiah akan terhadap dolar AS akan berlanjut.
Dia memperkirakan rupiah bergerak dalam rentang 15.650-15.800 setelah pidato Gubernur bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, Jerome Powell yang bernada hawkish tentang usaha melawan inflasi yang belum cukup.
"Kami akan memutuskan secara hati-hati pertemuan demi pertemuan," ujar Powell seraya menambahkan bahwa meski inflasi melambat tapi masih jauh di atas target 2%.
Pernyataan Powell mendorong lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih dari 10 basis poin sehingga memperkuat dolar AS, namun beberapa ahli masih bersikeras bahwa The Fed kemungkinan besar sudah selesai menaikkan suku bunga.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra pun menilai rupiah kemungkinan masih bisa melemah terhadap dolar AS hari ini setelah pernyataan Jerome Powell dinihari tadi dalam panel diskusi IMF yang mengatakan bahwa Bank Sentral tidak yakin kalau suku bunga acuan sudah cukup tinggi untuk menurunkan inflasi ke target 2%.
Pernyataan Powell ini menurunkan probabilitas suku bunga acuan the Fed ditahan di rapat Desember, menurut hasil survei CME FedWatch Tool, dari 93% kemarin menjadi 85,4% pagi ini.
Potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS ke arah 15.700, dengan potensi support di kisaran 15.600. “Akibat pernyataan Powell tersebut, sentimen hindar risiko meninggi, indeks saham AS ditutup negatif dan sebagian indeks saham Asia bergerak melemah pagi ini,” kata Ariston.
Pergerakan nilai tukar mata uang Asia pun bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,05%, dolar Hong Kong menguat 0,04%, dolar Singapura menguat 0,01%, dan baht Thailand menguat 0,03%. Adapun peso Filipina melemah 0,12%, yuan Cina melemah 0,09%, dan ringgit Malaysia 0,59%.