Rupiah Merosot 0,35%, Pelemahan Akan Terus Terjadi Jelang Pemilu 2024

Katadata/Agustiyanti
Ilustrasi rupiah.
Penulis: Sorta Tobing
18/12/2023, 09.50 WIB

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada Senin pagi (18/12) merosot 55 poin atau 0,35% menjadi Rp 15.548 per dolar AS. Pelemahan ini kemungkinan akan terus terjadi akibat ketidakpastian kondisi politik dan ekonomi menjelang pemilu pada Februari 2024. 

Melansir Bloomberg, dari hasil analisis BNY Mellon Corp, HSBC Holdings Plc, dan Bank Mandiri, rupiah akan berada di sekitar Rp 15.800 per dolar AS pada kuartal pertama tahun depan. 

Secara historis, rupiah memiliki kinerja yang lebih buruk dibandingkan mata uang lainnya di musim pemilu. Kekhawatiran kali ini menyelimuti pasar karena akan terjadi perubahan usai satu dekade pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Investor khawatir dengan stabilitasi politik dan kesinambungan kebijakan ekonomi yang akan terjadi setelah muncul pengganti Jokowi. "Selama tiga pemilu terakhir, rupiah secara konsisten berkinerja buruh dalam empat hingga enam minggu sebelumnya," kata peneliti HSBC, Joey Chew. 

Pemulihan rupiah pada tahun depan kemungkinan akan tertunda. Sebab, menurut Chew, pemungutan suara putara kedua berlangsung pada Juni 2024 sehingga menunda arus masuk. 

Kondisi ini sudah terlihat pada nilai tukar rupiah. Awalnya Mata Uang Garuda berkinerja terbaik di Asia pada awal tahun. Kemudian, pergerakannya paling lemah terhadap dolar AS pada kuartal ini.

Rupiah telah melemah hampir 0,3% pada kuartal terakhir 2023. Sebaliknya, indeks mata uang pasar berkembang MSCI menunjukkan kenaikan sekitar 3,5%. 

Meskipun investor asing telah menarik hampir US$ 600 juta dari Indonesia sejak Oktober lalu, namun aliran masuk obligasi sebesar US$ 900 juta masih menopang rupiah. Kondisi ini nampaknya tidak terlalu cerah karena peringkat alias scorecard Bloomberg menunjukkan peringkat utang Indonesia berada pada posisi terbawah di antara negara-negara berkembang lainnya. 

“Risiko utama berasal dari jeda panjang antara pemilu dan pembentukan pemerintahan baru yang dapat membuat rupiah terkena ketidakpastian kebijakan,” kata Aninda Mitra, kepala strategi makro dan investasi Asia di BNY Mellon. Bank Indonesia kemungkinan akan tetap menahan diri selama pemilu untuk memberikan penyangga terhadap ketidakpastian politik dalam beberapa bulan mendatang.

Reporter: Antara