Rupiah Menguat 15.495/US$ Akibat Turunnya Imbal Hasil Obligasi AS
Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar 0,07% ke level 15.495 pada awal perdagangan Rabu (20/12). Penguatan diperkirakan akan berlanjut pada perdagangan hari ini.
Analis pasar uang, Lukman Leong menilai rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melemah akibat turunnya imbal hasil obligasi AS. Selain itu, karena adanya ekspektasi akan prospek suku bunga The Fed mereda.
“Namun penguatan akan terbatas, dengan investor cenderung wait and see menantikan rapat gubernur BI besok serta data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS pada hari jumat,” ujar Lukman, Rabu (20/12).
Lukman memperkirakan, Rupiah akan bergerak dalam rentang 15.450-15.550.
Potensi Penurunan Suku Bunga The Fed
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra menilai pagi ini, ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed) masih tinggi. Ekspektasi ini mendorong indeks saham AS ditutup mendekati level tertinggi sepanjang masa.
Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS terutama tenor 10 tahun juga masih tertahan di bawah 4,0%.
“Ekspektasi tersebut bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko hari ini termasuk rupiah, ditambah dengan sentimen positif dari kebijakan Bank Sentral Jepang yang mempertahankan sikap akomodatifnya,”ujar Ariston.
Di sisi lain, pelaku pasar masih memerlukan konfirmasi dari data ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini termasuk data indikator inflasi Core PCE Price Index yang akan dirilis pada Jumat malam.
“Kemudingan penguatan rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu jauh,” ujar Ariston.
Ariston menyebut, potensi penguatan rupiah hari ini di kisaran 15.450-15.480, dengan potensi resisten di kisaran 15.530.
Di tengah penguatan rupiah, pergerakan sejumlah mata uang di Asia jusrru melemah. Melansir Bloomberg, baht Thailand melemah 0,27%, yen Cina turun 0,22%, rupee India turun 0,15%, dolar Singapura melemah 0,09%, dan dolar Hongkong melemah 0,04%