Rupiah Menguat Jadi Rp 15.520/ US$ Jelang Rilis Data Inflasi Amerika

ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc.
Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung di Jakarta, Kamis (16/11/2023).
Penulis: Zahwa Madjid
10/1/2024, 09.07 WIB

Nilai tukar rupiah menguat 0,04% ke Rp 15.520 per dolar Amerika pada perdagangan Rabu (10/1). Namun mata uang Garuda diperkirakan melemah hari ini.

Sejumlah mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, baht Thailand dan ringgit Malaysia melemah 0,22%, yen Cina 0,1%, peso Filipina 0,49%, dolar Singapura 0,02%, dolar Hong Kong 0,01%, dan yuan Jepang 0,2%.

Peneliti pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan, investor memantau data inflasi Amerika yang akan dirilis Kamis malam (11/1). Data inflasi ini akan mengonfirmasi ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika, the Fed.

“Bila inflasi kembali naik, ekspektasi pasar akan menurun dan dolar AS bisa menguat lagi,” ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (10/1).

Dolar Amerika terpantau terus menguat terhadap mata uang lainnya pada perdagangan kemarin. Penguatan sejak awal tahun ini didukung oleh membaiknya data tenaga kerja dan manufaktur AS.

“Membaiknya data-data tersebut membuat ekspektasi pelaku pasar bahwa pemangkasan akan segera terjadi, sedikit menurun,” ujarnya.

Indeks dolar AS bergerak di atas level 102. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Amerika, terutama tenor 10 tahun masih berada di atas 4%.

Ariston memperkirakan rupiah bergerak melemah ke level Rp 15.540 per dolar AS, namun ada potensi penguatan ke arah Rp 15.500.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, rupiah ditutup menguat lima poin pada perdagangan Rabu (10/1) atau melambat dibandingkan Selasa (9/1) 15 poin.

Ia menilai, cadangan devisa yang naik pada Desember 2023 menjadi US$ 146,4 miliar, sejalan dengan sentimen pasar terkait prospek penurunan suku bunga The Fed. Hal ini membuat rupiah menguat 0,73% secara bulanan atau month to month (mtm) dan 1,1 % sejak awal tahun alias year to date (ytd) menjadi Rp 15.396 per dolar AS.

“Setelah siklus kenaikan suku bunga yang agresif sejak awal 2022, pelaku pasar memproyeksikan The Fed mulai menurunkan suku bunga pada kuartal pertama 2024. Ini sejalan dengan penurunan inflasi secara bertahap dan indikasi soft landing di Amerika,” ujar Ibrahim dalam riset.

Ekonomi Amerika tumbuh 4,9% yoy pada kuartal ketiga 2023. Ini lebih rendah dari perkiraan 5,2%. Hal ini memberikan dampak positif bagi pasar keuangan domestik.

Ibrahim memperkirakan rupiah bergerak fluktuatif dan ditutup menguat di kisaran Rp 15.490 – Rp 15.550 per dolar AS. 

Reporter: Zahwa Madjid