Anies Janji Turunkan Biaya Hidup Rakyat, Ini 3 Solusi yang Ditawarkan

ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/foc.
Capres-cawapres nomor urut satu Anies Baswedan (kiri) dan Muhaimin Iskandar (kanan) menjawab pertanyaan wartawan usai debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). Debat kali ini bertemakan pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri.
12/1/2024, 06.01 WIB

Calon Presiden Nomor Urut 1 Anies Baswedan berjanji untuk menurunkan biaya hidup masyarakat Indonesia. Hal itu diungkapkan Anies dalam Dialog Capres bersama Kadin Indonesia di Jakarta, Kamis (11/1).

"Banyak orang yang datang [ke saya] menyampaikan kata kunci biaya hidup dan biaya produksi. Ketika bertemu petani mengatakan biaya produksi, ketika bertemu keluarga mengatakan biaya hidup. Semuanya bicara biaya mahal dan ini yang kita ingin perbaiki," kata Anies.

Anies mengungkapkan tiga cara untuk menurunkan biaya hidup jika terpilih sebagai Presiden Indonesia nanti. Pertama, memperbaiki tata kelola pangan karena pengeluaran terbesar keluarga adalah kebutuhan pangan.

"51% rata-rata family spending untuk kebutuhan pangan. Itu jauh lebih besar dari kebutuhan-kebutuhan lainnya," ujar Anies.

Kedua, mengembangkan atau memperbarui 40 kota yang sudah ada. Melalui pengembangan tersebut, Anies berharap akan muncul pusat-pusat ekonomi baru. Karena, saat ini pusat-pusat ekonomi di Indonesia justru timpang atau tidak merata antar daerah.

"Mengembangkan 40 kota, ini di upgrade bukan membangun kota baru karena rada lama. Kita upgrade kota, supaya pusat pergerakan ekonomi itu bertambah," kata dia.

Ketiga, mendorong reindustralisasi. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini melihat, adanya peluang luas untuk melakukan industralisasi di berbagai wilayah di Indonesia.

Dorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Anies berambisi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas diiringi dengan pemerataan dan berkelanjutan. Dengan membangun seluruh Indonesia dan secara berkelanjutan bisa dinikmati oleh anak cucu di masa mendatang.

Hal ini bermula dari kegelisahan Anies akan pembangunan ekonomi yang tersentralisasi. Sehingga ada kesenjangan ekonomi antara wilayah, yang terlihat dari data produk domestik regional bruto (PDRB) di masing-masing daerah.

"Makin ke timur semakin jauh dari PDRB di Pula Jawa. Karena itu, kami melihat stretagi ke depan, yakni meningkatkan kota-kota yang ada sekarang untuk menjadi kota dengan kemampuan ekonomi lebih tinggi," ujar Anies.

Selain wilayah, Anies juga menyoroti ketimpangan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurutnya, ada gap antara IPM di Jawa dan Sumatera dengan daerah lain yang cukup jauh.

"Kita sadari sedari lama, ini masalah yang kita harus selesaikan. Indeks pembangunan manusia di Jawa dan Sumatera 74. Daerah sisanya 69, selisihnya 5 poin," kata Anies.

Tapi menurut Anies, bukan melihat perbedaan selisih 5 poin tersebut. Tapi angka 69 itu ada di Jawa dan Sumatera pada 10 tahun lalu. Jadi ia melihat adanya gap sehingga akan butuh waktu 10 tahun agar wilayah lain bisa sama dengan Jawa dan Sumatera.

Selain itu, ia menyoroti biaya logistik yang cukup besar. Dia melihat, dalam beberapa tahun terakhir, biaya logistik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat dari 22% menjadi 23%.

Dengan berbagai masalah tersebut, Anies berjanji dalam visinya, akan membangun kesejateraan bersama dalam satu perekonomian. Aspek pertama yang menjadi perhatian Anies adalah pemerataan ekonomi.

"Di sini kita akan menyaksikan gearing rasio diharapkan turun. Yang kedua lapangan pekerjaan yang terbuka luas, kemudian logistik yang murah, kepastian hukum, serta birokrasi yang tidak berbelit dan manusia Indonesia yang kompeten dan terampil," kata Anies.

Reporter: Ferrika Lukmana Sari