Nilai tukar rupiah diperkirakan melemah pada hari ini karena ketidakpastian arah suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed. Sinyal pelemahan sudah terlihat pada perdagangan rupiah Rabu pagi (29/5).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah Rp 16.165 per dolar AS. Padahal, penutupan Selasa kemarin, rupiah masih bertengger di level Rp Rp 16.090 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana bahkan, memperkirakan pelemahan rupiah berada pada posisi Rp 15.998 - Rp 16.198 per dolar AS pada hari ini.
"Faktor pelemahan karena potensi penundaan suku bunga The Fed dan akan baru pada November 2024. Hal ini seiring dengan pernyataan pejabat The Fed Neel Kashkari, bahwa penurunan suku bunga perlu didorong penurunan inflasi lebih lanjut," kata Fikri kepada Katadata.co.id, Rabu (29/5).
Selain itu, dipengaruhi rilis data kepercayaan konsumen oleh Conference Board (CB) yang naik signifikan ke level 102 pada Mei 2024. Data ini mengukur tingkat kepercayaan konsumen terhadap aktivitas ekonomi seperti belanja konsumen.
Tak berbeda, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga melihat potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang masih menantikan data inflasi AS, yang dirilis pada Jumat ini.
Bahkan, hasil notulen rapat kebijakan moneter AS menunjukkan peluang kenaikan suku bunga The Fed jika inflasi AS tidak kunjung turun, sehingga mendorong penguatan dolar AS.
Selain itu, data indeks harga rumah AS dan tingkat keyakinan konsumen AS menunjukkan kenaikan yang berpeluang memicu kenaikan inflasi AS. Hal ini akan mendorong pelemahan rupiah ke arah Rp 16.130 dan potensi support Rp 16.050 per dolar AS.
Senada dengan yang lain, Analis Mata Uang Lukman Leong memperkirakan dolar akan menguat setelah pernyataan hawkish yang menginsyarakatkan kenaikan suku bunga oleh pejabat The Fed Kashkari.
"Kashkari mengatakan, bahwa The Fed tidak menutup kemungkinan untuk menaikkan suku bunga. Sehingga sentimen ini mendorong pelemahan rupiah Rp 16.050 - Rp 16.200 per dolar AS pada hari ini," kata dia.