Impor Ikan Turun 35%, RI Incar Pasar Timur Tengah dan Asia Timur untuk Ekspor

ANTARA/HO-Kemenparekraf
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo.
28/7/2024, 13.31 WIB

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan nilai impor perikanan Indonesia turun 35,15% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 219,54 juta pada semester I 2024.

Dengan penurunan itu, kinerja ekspor perikanan masih terus digenjot melalui strategi promosi hasil perikanan dan peningkatan kualitas hasil perikanan.

"Kami juga membuka peluang pasar baru di negara-negara Timur Tengah dan Asia Timur," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Budi Sulistiyo di Jakarta, Sabtu (27/7).

Budi menjelaskan, penurunan nilai impor perikanan membuat neraca perdagangan perikanan surplus US$ 2,49 miliar atau Rp 40,67 triliun. Nilai tersebut surplus 6,2% dibanding periode serupa tahun sebelumnya.

Untuk komoditas impor, kata Budi, bertujuan untuk bahan baku industri dan ada juga untuk kebutuhan hotel, restoran, katering dan pasar modern (horekapasmod). “Horeka ini adalah ikan-ikan yang tidak ada di Indonesia, seperti ikan salmon, trout dan ikan kod,” ujar Budi.

Pasokan Dari Dalam Negeri Terpenuhi

Penurunan impor dipengaruhi oleh pasokan ikan hasil tangkapan nelayan dalam negeri yang mampu memenuhi kebutuhan industri pengolahan dan pemindangan. Ikan yang pasokannya cukup banyak yakni ikan-ikan pelagis seperti ikan kembung.

Untuk itu, pihaknya mendorong pelaku pengolahan dan pemindangan untuk memprioritaskan ikan hasil tangkapan nelayan kita sendiri.

"Dari awal tahun sampai Mei pasokan kita cukup, sehingga diprioritaskan menggunakan produk hasil tangkapan dalam negeri. Ikan impor itu hanya untuk mengisi ketika tak ada bahan baku,” kata dia.

Adapun kinerja ekspor perikanan mencapai US$ 2,71 miliar dari Januari - Juni 2024 . Negara tujuan utama pengiriman yakni Amerika Serikat sebesar US$ 889,39 juta, Cina (US$ 556,04 juta), Asean (US$ 353,93 juta), Jepang (US$ 285,47 juta) dan Uni Eropa (US$ 193,35 juta).

"Komoditas utama yang masih didominasi oleh udang, tuna-tongkol-cakalang, cumi-sotong-gurita, rajungan kepiting, dan rumput laut," ujar Budi.

Reporter: Antara