Sejumlah analis memproyeksikan peluang penguatan rupiah terhadap dolar AS masih berlanjut hari ini, Senin (12/8), jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).
“Harapan saya rupiah masih akan melanjutkan apresiasi ke 15.846 hingga 15.946 per dolar AS,” kata Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana kepada Katadata.co.id.
Berdasarkan data Bloomberg hari ini pukul 09.00 WIB, rupiah berada pada level 15.953 per dolar AS. Angka tersebut menunjukan peningkatan 28,50 poin atau sebesar 0,18%.
Fikri menjelaskan, faktor yang bisa mempengaruhi penguatan rupiah hari ini yaitu perilaku wait and see pasar jelang rilis data AS.
Dia juga melihat sentimen positif akan berasal dari rilis penjualan eceran pada akhir pekan lalu serta IMF yang mempertahankan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada level 5%.
Pengat pasar uang Ariston Tjendra juga mengungkapkan ekspektasi pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga acuan AS pada September sudah 100%, “Hal ini masih membuka peluang penguatan rupiah pekan ini,” ujar Ariston.
Hanya saja, di sisi lain terdapat data penting yaitu inflasi AS yang akan dirilis pekan ini. Ariston menilai, pelaku pasar pastinya akan bereaksi keras apabila hasilnya menunjukkan inflasi AS meningkat lagi.
“Jadi kewaspadaan pasar terhadap data inflasi bisa menahan penguatan rupiah hari ini, Potensi penguatan rupiah ke arah 15.900 hingga 15.880 per dolar, potensi resisten di kisaran 15.600 per dolar,” kata Ariston.
Sementara itu, analis komoditas dan pasar uang Lukman Leong memproyeksikan rupiah akan terkonsolidasi pada dari ini. Lukman menuturkan, investor cenderung wait and see mengantisipasi beberapa data ekonomi penting pekan ini.
Data-data tersebut di antaranya data inflasi dan penjualan ritel AS, data perdagangan Indonesia, dan data industri dan ritel Cina. “Rupiah diperkirakan akan berkisar pada rentang 15.900 hingga 16.050 per dolar,” ujar Lukman.