Ekonom Harap BI Berani Pangkas Suku Bunga hingga 50 bps, Ingatkan Soal Momentum

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt,
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah kiri) didampingi Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti (kanan) dan Deputi Gubernur BI Doni Primanto Joewono (kiri) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Kantor BI, Jakarta, Kamis (21/12/2023).
Penulis: Rahayu Subekti
18/9/2024, 07.46 WIB

Sejumlah ekonom memproyeksikan Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunganya pada hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia siang ini, Rabu (18/9). Meskipun begitu,  ekonom berharap BI  segera menurunkan suku bunganya setelah Federal Reserve System atau The Fed menurunkan suku bunga pada FOMC pekan ini.

“Saat Bank Sentral AS menurunkan suku bunga berapapun, yang jelas BI diharapkan melakukan pemangkasan suku bunga minuman 25 basis point (bps),” kata Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kepada Katadata.co.id, Rabu (18/9).

Tak hanya itu, Bhima juga mengharapkan BI akan melanjutkan penurunan suku bunga pada bulan berikutnya hingga 25 bps. Dengan begitu, hingga akhir 2024,  setidaknya BI bisa memangkas suku bunga mencapai 50 bps.

Bhima menilai, langkah tersebut berpeluang dilakukan mengingat saat ini cadangan devisa cukup gemuk mencapai US$ 150,2 miliar. Selain itu, penurunan BI-Rate diyakini  bisa mendorong penyaluran kredit.

Menurur Bhima penurunan suku bunga BI bisa mendorong  terjadi transmisi dan direspons perbankan dengan menurunkan suku bunga pinjaman. Hal ini selanjutnya akan berdampak pada pinjaman modal kerja, dan pinjaman yang terkait konsumsi seperti KPR. 

Bhima menyatakan, saat ini bola sudah di tangan BI untuk lebih berani dan agresif dalam menurunkan suku bunga acuan. Ia berharap BI bersikap jelas sehingga tidak kehilangan momentum untuk menurunkan suku bunga saat ini.

Tak Punya Alasan Perketat Kebijakan Moneter

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengungkapkan saat ini BI memang masih menunggu sampai The Fed menurunkan suku bunga. Meskipun begitu, Faisal menilai BI sudah tidak memiliki alasan untuk terus memperketat kebijakan moneter.

“Kalau The Fed menurunkan suku bunganya baik itu 25 bps atau 50 bps maka semestinya BI sudah waktunya menurunkan tingkat suku bunga. Sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak melonggarkan kebijakan moneternya,” kata Faisal.

Sebab, Faisal mengatakan inflasi di Indonesia saat ini sudah sangat rendah bahkan mencatat deflasi. Selain itu nilai tukar rupiah saat ini terhadap dolar AS juga sudah stabil dan bahkan mengalami penguatan.

“Kalau nanti suku bunga The Fed dipangkas bahkan mendorong apresiasi rupiah, sudah tidak ada alasan BI untuk tidak menurunkan suku bunga. Ini untuk membantu memulihkan sektor riil dan pertumbuhan ekonomi yang sekarang mengalami perlambatan,” ujar Faisal. 

Pada rapat dewan gubernur bulanan Agustus 2024, BI memutuskan masih menahan suku bunga acuannya pada  level 6,5%. Suku bunga deposit facility juga tetap 5,5% dan suku bunga lending facility tetap sebesar 7%. 

Reporter: Rahayu Subekti