Gubernur BI Ungkap 3 Dampak Ekonomi Jika Trump Menang di Pilpres AS

ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/aww.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan pemaparan kepada media terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Selasa (21/8/2024).
Penulis: Rahayu Subekti
Editor: Sorta Tobing
6/11/2024, 16.07 WIB

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut ada tiga dampak jika Donald Trump menang dalam pemilihan presiden Amerika Serikat. Yang utama, penguatan dolar AS.

Dampak kedua, perkembangan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve alis The Fed, akan tetap tinggi. Ketiga, persaingan dagang yang semakin ketat. "Tentu saja perang dagang akan berlanjut," kata Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Rabu (6/11). 

Posisi Trump saat ini unggul dibanding lawannya dari Partai Demokrat, Kamala Harris. Presiden AS ke-45 itu berpeluang terpilih kembali. Melansir CNN pukul 16.00 WIB, perolehan suara elektoral Trump mencapai 266, sedangkan Harris 205. Untuk menang mutlak, Trump hanya memerlukan tambahan 4 suara elektoral. 

Perry menyampaikan, apa yang terjadi di AS akan berdampak ke seluruh negara khususnya pasar berkembang alias emerging market, termasuk Indonesia. Kemenangan Trump akan memberikan tekanan terhadap nilai tukar, arus modal, dan ketidakpastian di pasar keuangan. 

"Bank Indonesia terus berkomitmen menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, bersinergi erat dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan," kata Perry. 

BI Harus Lakukan Intervensi Lebih Agresif

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan kemenangan Trump mempengaruhi kepada kebijakan moneter global. Sebab, di pemerintahan sebelumnya, Trump selalu mendorong suku bunga lebih rendah ke The Fed. 

"Ini dapat menciptakan volatilitas tinggi di pasar valuta asing," kata Yusuf kepada Katadata.co.id.

Bank Indonesia perlu mengantisipasi kondisi tersebut. Menurut dia, Bank Sentral perlu melakukan intervensi yang lebih agresif untuk menjaga stabilitas rupiah. 

Selain itu, pemerintahan Trump berpotensi menciptakan proteksionisme terhadap pasar AS. Hal ini dapat mendorong Bank Indonesia melakukan penyesuaian suku bunga yang lebih tinggi dan pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi domestik.

"Risiko inflasi global yang meningkat juga menjadi tantangan dalam menjaga stabilitas harga domestik," ujarnya. 

Reporter: Rahayu Subekti