Trump Menang Pemilu AS, Rupiah Diramal Melorot Jelang Rapat Bank Sentral The Fed

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Penulis: Rahayu Subekti
7/11/2024, 09.43 WIB

Analis memperkirakan rupiah melemah pada perdagangan Kamis (7/11). Alasannya, dolar Amerika menguat di saat hasil hitung cepat alias quick count Pemilu Amerika menunjukkan Donald Trump menang atas Kamala Harris.

Di satu sisi, investor juga tengah melihat dan menunggu alias wait and see hasil pertemuan bank sentral Amerika The Fed selama 6 – 7 November terkait suku bunga acuan.

"Rupiah diperkirakan berkonsolidasi dengan kecenderungan melemah terbatas terhadap dolar AS," kata analis komoditas dan pasar uang Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Kamis (7/11).

Menurut dia, kemenangan Trump dalam Pemilu AS mendorong ekspektasi kebijakan proteksionisme yang memicu inflasi dan suku bunga tinggi. Investor juga dinilai akan mengantisipasi sinyal The Fed terkait prospek suku bunga kedepan pasca-Pilpres Amerika.

"Rupiah akan melemah berkisar pada level Rp 15.750 hingga Rp 15.900 per dolar AS," ujar Lukman.

Berdasarkan data Bloomberg per pukul 09.03 WIB, rupiah dibuka melemah pada level Rp 15.815 per dolar AS atau turun 0,11% dibandingkan penutupan Rabu (6/11).

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga memproyeksikan rupiah melemah hari ini. "Kemungkinan rupiah terdepresiasi lebih dalam antara Rp 15.800 hingga Rp 16.200 per dolar AS," kata Fikri.

Kemenangan Trump dalam penghitungan cepat Pilpres AS mendorong ekspektasi peningkatan indeks dolar Amerika. Pergerakan mata uang Garuda juga dipengaruhi hasil pertemuan The Fed dan bank sentral Eropa.

“Mungkin Bank Sentral Eropa dan The Fed memangkas suku bunga acuan masing-masing hanya 25 basis points atau bps," ujar Fikri.

Reporter: Rahayu Subekti