Kemenkeu Sebut Inflasi 2024 Terendah Sepanjang Sejarah Masih Baik

ANTARA/Agatha Olivia Victoria
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu
8/1/2025, 16.13 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Desember 2024 mencapai 1,57%, yang merupakan level terendah sepanjang sejarah pencatatan inflasi di Indonesia. Meskipun demikian, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai kondisi ini tetap baik.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu, Febrio Nathan Kacaribu, mengatakan, “Apakah inflasi yang rendah itu baik atau buruk? Jawabannya baik,” saat konferensi pers di Kantor Kemenkeu, Senin (6/1).

Ia menambahkan bahwa inflasi rendah disebabkan oleh pengendalian harga pangan yang berhasil dilakukan pemerintah, bahkan sempat terjadi deflasi pada beberapa bulan, khususnya pada komoditas pangan.

Namun, di sisi lain, Febrio juga menyebutkan bahwa inflasi inti, yang mencerminkan kenaikan harga barang dan jasa lainnya, tercatat naik 2,26% secara tahunan pada Desember 2024. Meski demikian, ia menilai bahwa kenaikan inflasi inti ini menunjukkan daya beli masyarakat yang masih cukup baik.

"Kami justru melihat ini sebagai momentum yang harus kita pertahankan untuk 2025," ujar Febrio.

Inflasi Desember 2024 Terendah Sejak 1958

BPS mengumumkan bahwa inflasi pada Desember 2024 tercatat sebesar 1,57%. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengatakan bahwa inflasi ini adalah yang terendah sejak BPS pertama kali menghitung inflasi pada tahun 1958.

Saat itu, pengukuran inflasi hanya dilakukan di Jakarta, sedangkan kini cakupan pengukuran telah diperluas ke 150 kota di 38 provinsi.

Pudji menjelaskan, inflasi terendah sebelumnya tercatat pada tahun 2020, dengan angka 1,68%. Penurunan inflasi pada tahun 2024 terutama disebabkan oleh penurunan harga pangan pokok, khususnya pada paruh pertama tahun 2024, setelah terjadi lonjakan harga pada tahun 2022 dan 2023.

"Penurunan harga pangan pokok menjadi faktor utama yang menekan inflasi tahun ini," ujar Pudji.

Beberapa komoditas utama yang memberikan kontribusi terhadap deflasi antara lain cabai merah yang mengalami penurunan harga sebesar 46,53%, dengan andil terhadap deflasi sebesar 0,27%.

Cabai rawit juga mengalami deflasi sebesar 39,74% dengan andil deflasi sebesar 0,18%. Selain itu, bensin mencatat deflasi sebesar 1,86% dengan andil 0,09%.

Tarif angkutan udara turut mengalami deflasi sebesar 7,26% dan memberi andil deflasi sebesar 0,06%. Menurut Pudji, penurunan tarif ini turut berkontribusi signifikan terhadap rendahnya inflasi sepanjang 2024.

Reporter: Rahayu Subekti