[Foto] Kemandirian Pangan untuk Warga Binaan

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Penulis: Antara
22/12/2024, 07.15 WIB

Pagi itu kicauan burung bersama cahaya matahari menyelinap melalui sela jeruji besi yang dikelilingi area perkebunan di Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Kelas II B Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Dalam pengawasan dan bimbingan petugas, sejumlah orang mulai beraktivitas di kawasan Lembaga Pelatihan Kerja di dalam Lapas yang dihuni 217 warga binaan pemasyarakatan ini.

Mereka menggemburkan tanah, menanam bibit sayur, membersihkan rumput liar, hingga merawat sayur yang hampir siap panen. Semua produk hasil dari kebun ini diolah dan menjadi sumber bahan makanan warga binaan.

Bahkan hasil panennya ada yang dijual ke masyarakat sekitar. Pendapatan dari penjualan panen tersebut digunakan untuk mendukung kebutuhan operasional lapas. Kegiatan ini menjadi upaya kewirausahaan yang memberikan pemasukan bagi para warga binaan, sekaligus sebagian sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP).

Berbagai jenis tanaman sayuran dibudidayakan, seperti cabai, tomat, terong, kangkung, kacang panjang, peria, dan sawi. Ini merupakan tanaman bernilai ekonomi tinggi dengan siklus tanam yang relatif singkat.

Kepala Lapas Kelas II B Pohuwato Tristiantoro Adi Wibowo mengatakan pihaknya tak hanya berfokus pada upaya menjaga keamanan dan pengawasan. Lapas yang berada di bagian barat Provinsi Gorontalo itu juga aktif memberikan dukungan dan pembinaan yang membekali warga binaan dengan keterampilan.

Program kemandirian ini dibentuk agar warga binaan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri setelah masa pidana mereka selesai. Kepala Subseksi Kegiatan Kerja Lapas Pohuwato Fery Utiarahman menjelaskan, program ini dirancang dengan pendekatan pelatihan praktis. Warga binaan diajarkan berbagai teknik dasar pertanian mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, hingga proses panen.

Dengan bimbingan dari pihak lapas, warga binaan dapat merasakan pengalaman langsung dalam mengelola lahan secara mandiri. Program ini juga sejalan dengan ketahanan pangan yang diusung oleh pemerintah, di mana lapas di seluruh Indonesia diharapkan mampu mencapai kemandirian pangan. Ketahanan pangan ini menjadi salah satu fokus utama dalam Asta Cita.

Tujuan utama dari program ini juga untuk membangun rasa percaya diri warga binaan. Dengan keterampilan yang mereka peroleh selama berada di Lapas, warga binaan dapat kembali ke masyarakat dengan rasa percaya diri yang lebih tinggi, memiliki harapan, serta mampu memulai hidup baru dengan bekal keterampilan yang mumpuni.

Program Lapas Pohuwato ini dapat menjadi inspirasi bagi lapas-lapas lainnya di Indonesia. Dengan memberdayakan warga binaan melalui pelatihan kerja dan pembinaan kemandirian, lapas bisa lebih berperan aktif dalam mengurangi angka residivisme, yaitu kecenderungan untuk kembali melakukan tindak pidana setelah bebas.

Reporter: Antara