Demokratisasi Membuat Kendaraan Listrik, Siapkah Kita?

ANTARA FOTO/Biro Pers Media Setpres/Agus Suparto/Handout/wsj.
Presiden Joko Widodo meninjau sebuah kendaraan listrik dan alat pengisi daya baterainya saat meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) yang menandai pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021). Proyek pembangunan pabrik baterai mobil listrik pertama di Asia Tenggara ini merupakan realisasi investasi konsorsium LG dan Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis dan LG Energy Solution. ANTARA FOTO/Biro Pers Media Setpres/Agus
Penulis: Ade Febransyah
28/11/2021, 07.00 WIB

Oportunitas Membuat Kendaraan Listrik

Kenyataannya, di era kendaraan listrik ini, banyak bermunculan startup-startup pembuat mobil listrik, skuter listrik, dan sepeda listrik. Terinpirasi dari Tesla yang mengatakan masa depan adalah kendaraan listrik, yang lainnya pun berbaris mengikuti. Untuk BEV, sebut saja startup Rivian di Amerika Serikat, Arrival di Inggris, dan Nio di Tiongkok yang sudah berada di jalur komersialisasi kendaraan listriknya.

Juga terjadi fenomena non-producer dari perusahaan-perusahaan yang sebelumnya bukan pembuat mobil yang juga memutuskan untuk membuat kendaraan listrik. Sebut saja nama besar seperti Apple, Xiaomi, Alibaba, Baidu (Google-nya Tiongkok) yang memutuskan untuk membuat kendaraan listrik.

Bahkan, raksasa Evergrande yang sedang mengalami krisis keuangan besar, juga memiliki anak perusahaan pembuat kendaraan listrik. Adanya demokratisasi membuat kendaraan listrik ini sudah menggerakkan pelaku di sini? Belum terlihat.

Pilihan membuat terjustifikasi jika pembuat mampu menghadirkan konsep produk yang fit dengan masyarakat yang punya kebutuhan atau jobs to be done (Christensen, 2016) yang belum terselesaikan dengan baik. Jika pembuat EV yang sekarang masih membuat kendaraan yang harganya hampir mustahil dimiliki 90 % pemilik kendaraan di sini, oportunitas membuatnya adalah low-cost EV.

Akan tetapi, low-cost EV ini juga sudah mulai diproduksi oleh pabrikan di Tiongkok dan Eropa. Jika keran impor dibuka, pembuat lokal akan menghadapi persaingan keras.

Untuk produk yang low cost ini, pembuat lokal tetap bisa mengupayakan diferensiasi lewat penciptaan makna (Verganti, 2009). Lewat kekuatan desain yang tepat untuk kebutuhan lokal, pembuat lokal dapat memberikan solusi berarti bagi para non-consumer yang belum terlayani oleh pabrikan luar.

Oportunitas lainnya bagi pembuat lokal juga bisa dari skuter listrik (e-scooter), sepeda listrik (e-bike), atau kendaraan niaga seperti e-van maupun kendaraan untuk transportasi publik seperti e-bus. Kendaraan-kendaraan listrik jenis inilah yang dapat menjadi produk yang dibutuhkan dalam layanan E-Mobility as a Service (E-MaaS).

Bagi penyedia layanan transportasi berbasis aplikasi seperti Gojek dan Grab, penggunaan kendaraan listrik otomatis akan mengefisienkan biaya energi dalam ekosistem bisnisnya. Selain nilai ekonomis, beralihnya ke kendaraan listrik akan meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan yang hijau.

Bagi startup lokal maupun perusahaan besar non-producer yang ingin membuat, siapkan konsep produk yang benar-benar fit dengan kebutuhan pasar. Inilah persyaratan desirability (Brown, 2009) dari masyarakat yang harus dipenuhi.

Setelah itu siapkan kemampuan dari segala proses bisnis dan sumber daya untuk mewujudkan kendaraan listrik. Universitas dan pusat-pusat riset di Tanah Air perlu memprioritaskan riset-riset unggulan yang berakhir pada invensi-invensi yang dibutuhkan dalam desain pengembangan kendaraan listrik.

Dalam berinovasi berlaku two heads are better than one dan semua tidak harus dilakukan sendiri. Carilah pendesain dan pemasok teknologi yang tepat. Dan itu semua dapat direalisasikan jika ada kekuatan pendanaan.

Untuk urusan ini, pemerintah sebagai aktor penting dalam ekosistem bisnis perlu menyiapkan terobosan bagi tersedianya infrastruktur finansial yang menyediakan risk capital untuk  startup pembuat dan penginovasi lokal. Indonesia sudah terbukti menjadi rumahnya para startup teknologi finansial dan berbasis platform dengan valuasi unicorn hingga decacorn.

Berikutnya, ditunggu munculnya startup pembuat kendaraan masa depan.

Halaman:
Ade Febransyah
Guru Inovasi Prasetiya Mulya Business School

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.