Menanti Suntikan Modal Pengusaha di 10 Bali Baru

Februanto Anggara|KATADATA
Upaya menarik investasi ke 10 Bali Baru belum sepenuhnya didukung oleh kalangan pengusaha.
25/7/2019, 09.12 WIB

Rencana Presiden Joko Widodo mengembangkan 10 Bali Baru ternyata tidak serta-merta disambut minat para pengusaha besar untuk berinvestasi di kawasan tersebut. Padahal, pengembangan Bali baru ini merupakan salah satu langkah utama pemerintah dalam mendatangkan devisa.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahkan secara khusus mengumpulkan beberapa konglomerat di Istana Negara pada Juni lalu. Ia mengajak para pengusaha kakap itu berinvestasi di salah satu lokasi Bali Baru, yakni Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). Beberapa pengusaha yang hadir, antara lain pemilik CT Corp Chairul Tanjung, Bos Grup Mayapada Tahir, Pemilik Grup Djarum Budi Hartono, hingga Peter Sondakh dari Rajawali Corpora, dan Hary Tanoesoedibjo dari MNC Group.

Meski demikian, tawaran ini tak sepenuhnya disambut oleh pengusaha. Chief Executive Officer (CEO) Hospitality and Entertainment Group CT Corp Dony Oskaria mengatakan, ia belum berminat membawa CT Corp berinvestasi di kawasan pariwisata tersebut. Dony beranggapan konsep serta ekosistem pariwisata wilayah tersebut belum jelas, apakah untuk pariwisata massal (mass tourism) laiknya Bali ataukah untuk pasar yang lebih tersegmentasi.

"Kalau ekosistemnya belum ada untuk apa kami ke situ," kata Dony, usai diskusi Kerja Besar Membiakkan Bali Baru yang digelar Katadata.co.id, Rabu (24/7).

Bahkan, soal ekosistem ini,Dony sempat membandingkan kawasan Bali yang memiliki banyak atraksi dengan Danau Toba yang saat ini masih minim opsi atraksi bagi wisatawan. Menurut dia, seharusnya tiap kawasan memiliki atraksi utama dan infrastruktur pendukung. “Mau tidak kita tiga hari dua malam memandangi Toba saja? Pengusaha berpikir return of investment (RoI), kalau dipaksakan juga tidak bisa," katanya.

Tren Penanaman Modal di Kawasan Danau Toba 2015-2018

TahunPMAPMDN
2015US$ 340,2 jutaRp 584,3 juta
2016US$ 221,4 jutaRp 838 juta
2017US$ 250,4 jutaRp 738,3 juta
2018US$ 114 jutaRp 698,7 juta

Sumber: Data BKPM diolah Kemenpar

(Baca: Danau Toba Dapat Alokasi Dana Pembangunan Pariwisata Paling Besar)

Prioritas pada Destinasi yang Memiliki Dukungan Lengkap

Sepuluh Bali Baru yang ditetapkan pemerintah adalah Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Morotai (Maluku), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Tanjung Lesung (Banten), hingga Tanjung Kelayang (Belitung). Selain itu itu ada juga Borobudur (Jawa Tengah), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Kota Tua Jakarta-Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), hingga Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), hingga Danau Toba (Sumatera Utara).

Bukan hanya itu, dari 10 Bali baru, pemerintah juga menetapkan empat kawasan sebagai super prioritas pengembangan pariwisata. Keempat destinasi tersebut adalah Labuan Bajo, Borobudur, Danau Toba, serta Bromo-Tengger-Semeru.

Meski menyambut positif pengembangan banyak lokasi wisata, Dony menyarankan pemerintah fokus pada destinasi yang sudah memiliki dukungan akses, infrastruktur, dan atraksi. Beberapa destinasi yang disarankan adalah Jakarta, Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar), serta Surabaya dan sekitarnya (Malang-Bromo-Tengger-Semeru).

Pria yang juga Ketua Pokja Pariwisata Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) itu juga meminta pengelolaan kawasan wisata dilakukan seprofesional pengelolaan kawasan Candi Borobudur dan Prambanan. Hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan titik wisata itu sendiri.

Potensi pendapatan dari setiap tempat wisata sangat besar jika dikelola secara profesional. Dia mencontohkan, Trans Studio di Cibubur ditargetkan meraup pendapatan Rp 1,2 triliun per tahun. CT Corps juga berencana membuka sejumlah tempat hiburan seperti Trans Studio di Bali, Trans Studio Theme Park di Cibubur, Jakarta Timur, hingga superblok Trans Icon Surabaya. “Ini besar potensinya,” kata dia.

Tren Penanaman Modal Bromo-Tengger-Semeru

TahunPMAPMDN
2015US$ 1,4 miliarRp 5,6 triliun
2016US$ 723,7 jutaRp 4,6 triliun
2017US$ 337,3 jutaRp 15,6 triliun
2018US$ 230 jutaRp 2,7 triliun

Sumber: Data BKPM, diolah Kemenpar

(Baca: Grab Bantu Luhut Promosi Empat Destinasi dari 10 Bali Baru)

Pengusaha Masih Berhati-hati Berinvestasi

Hal ini berbeda dengan pernyataan Bos Mayapada Tahir usai bertemu Jokowi jelang akhir Juni lalu. Tahir mengaku berminat masuk kawasan Mandalika dengan membangun hotel. Namun, ia juga mengingatkan risiko keuangan yang membayangi swasta apabila MotoGP serta wacana Formula 1 jadi digelar di masa depan.

"Saya ingatkan kepada dirut Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), F1 di seluruh dunia rugi lho, sampai akhirnya jadi beban pemerintah," klaim Tahir seperti dikutip dari Antara.

Pengusaha hotel juga melihat minimnya konsep yang diperkenalkan pemerintah di masing-masing kawasan membuat tak banyak pengusaha berani mengambil risiko. Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mencontohkan, sulit mengembangkan Mandalika apabila hanya mengandalkan MotoGP yang hanya berlangsung setahun sekali. Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah dapat memetakan daya tarik utama kawasan-kawasan tersebut. "Itu yang saya lihat belum matang di Mandalika," katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (24/7).

Belum lagi investasi hotel ataupun resor merupakan jenis penanaman modal jangka panjang yang memerlukan dukungan seperti konektivitas penerbangan reguler. Oleh sebab itu, masih banyak perusahaan yang masih bolak-balik berinvestasi di wilayah yang sebenarnya sudah jenuh. "Selain Bali, ada juga Yogyakarta (yang terbukti telah berkembang sektor pariwisata)," kata Hariyadi yang merupakan anak pendiri jaringan hotel Sahid Group ini.

Tren Penanaman Modal Kawasan Borobudur

TahunPMAPMDN
2015US$ 9,6 jutaRp 116,7 miliar
2016US$ 2,1 JutaRp 29,7 miliar
2017US$ 5,4 jutaRp 44,6 miliar
2018US$ 3,4 jutaRp 4,5 triliun