Pertarungan Sengit di Babak Akhir Pilpres 2019

Maryna Bolsunova/123rf
13/4/2019, 13.32 WIB

Pekan ini bukan hanya aktivitas kampanye terbuka dua pasangan calon presiden Joko Widodo–Amin Ma’ruf dan Prabowo Subianto–Sandiaga Uno yang makin bergelora. Perang pernyataan di antara mereka juga makin sengit. Akankah lautan massa dan adu narasi tersebut berefek signifikan terhadap tingkat elektabilitas keduanya?

Sabtu ini merupakan hari terakhir kampanye terbuka Pemilihan Presiden 2019 (Pilpres 2019). Sepanjang enam hari sebelumnya, laiknya sprint, kubu Jokowi dan Prabowo benar-benar menghabiskan sisa waktu kampanye mereka dengan berlari kencang, saling menyerang dan menangkis atas sejumlah isu.

Hal itu dimulai saat Prabowo Subianto berorasi di depan ratusan ribu pendukungnya yang memadati Gelora Bung Karno (GBK) pada Minggu, 7 April lalu.  Dalam orasi kampanye akbarnya, calon presiden nomor urut 02 itu merasa Indonesia laiknya sedang diperdaya. “Ibu Pertiwi sedang diperkosa, Saudara-saudara sekalian,” kata Prabowo dalam siaran TV One. 

Melanjutkan retorika khasnya, ia memberi contoh akan kekayaan negara yang terus dikuras, penegakkan hukum tak adil, hingga tokoh agama dan emak-emak yang dipersekusi. Prabowo juga mengkritik habis capaian pemerintahan Jokowi seperti pertumbuhan ekonomi yang dianggap stagnan. “Pertumbuhan ekonomi 5 %, Ndasmu.” 

(Baca: Sebut Pertumbuhan Ekonomi Ndasmu, Luhut Tuding Prabowo Kasar)

 Atas pernyataan yang menohok ini, Jokowi langsung merespons dengan mengatakan Ibu Pertiwi dalam bugar dan penuh keberhasilan. Dia lalu memperlihatkan sejumlah bukti seperti perolehan medali kontingen Indonesia pada pesta olah raga Asian Games 2018. “Jangan sampai ada yang ngomong Ibu Pertiwi diperkosa, yang benar Ibu Pertiwi berprestasi,” kata Jokowi di Tangerang Selatan, Minggu (7/4).

Kampanye Jokowi (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Belum selesai polemik Ibu Pertiwi diperkosa dan ‘ndasmu’, Prabowo kembali melontarkan peluru. Kali ini podium menjadi sasaran gebrakan tangannya ketika berorasi di Stadion Kridosono, Yogyakarta. Bahkan mikrofon podium sampai terjatuh akibat aksiya. Topik kekayaan negara menjadi pangkal pidatonya yang berapi-api.

Anak buahnya membantah kemarahan Prabowo dalam dua sesi kampanye. Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) 02 Andre Rosiade mengatakan aksi-aksi Prabowo menunjukkan ketegasan agar dirasakan masyarakat. Dia juga membantah Prabowo mengubah gaya dalam pekan terakhir.

Menurut Andre, mantan Komandan Jenderal Kopassus itu tidak suka bermain gimmick dan lebih senang tampil apa adanya. “Pak Prabowo itu orisinil,” kata Andre kepada Katadata.co.id, Jumat (22/4).

Kampanye Prabowo Sandi ( ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Di barisan seberang, masalah orisinalitas gaya komunikasi ini juga menjadi perhatian tim sukses Jokowi. Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Ace Hasan Syadzily mengatakan tak ada perubahan drastis dalam narasi Jokowi. Begitu juga ketika berkampanye di pekan terakhir.

Jokowi hanya menyampaikan ide yang sudah dilontarkan beberapa waktu lalu seperti Kartu Pra Kerja, Kartu Sembako, hingga Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Selain itu, kampanye Jokowi berisi ajakan masyarakat tak terpengaruh berita bohong alias hoaks.

Mengenai arahan baju putih, bagi Ace mengatakan gaya ini bukan sesuatu yang baru. Sebab hal itu diasosiasikan sebagai karakter mantan Wali Kota Solo ini yang selama bekerja hampir selalu mengenakan pakaian tersebut. “Lihat, Pak Jokowi itu penuh orisinalitas dan genuine,” kata Ace kepada Katadata.co.id.  Sebelumnya, Jokowi memang meminta para pendukungnya mengenakan pakaian putih saat ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Dalam meningkatkan elektabilitasnya, dua capres menghadirkan figur yang dianggap memiliki basis penggemar. Prabowo melakukannya saat bertemu dai Abdul Somad di kediamannya, Kertanegara pada Kamis (12/4) malam. 

(Baca: Dukungan Ustad Abdul Somad Dinilai Tak Pengaruhi Elektabilitas Prabowo)

Lalu berlanjut hari berikutnya saat pidato kebangsaannya di Surabaya. Hadir sejumlah tokoh seperti mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Gatot Nurmantyo hingga bos Jawa Pos yakni Dahlan Iskan. Bahkan keduanya masuk dalam daftar 80 nama tim pakar yang diumumkan Prabowo. “Dukungan mulai berbondong-bondong datang,” kata Andre.

Seakan tak mau kalah, Ace mengatakan kampanye akbar Jokowi di GBK hari ini, Sabtu (13/4) akan dimeriahkan sederet artis dan seniman. Tercatat grup mudik Slank, Adhie MS, Glenn Fredly, hingga kakak beradik Yuni Shara dan Krisdayanti siap meramaikan kampanye terakhir Jokowi. Artis-artis tersebut datang secara sukarela. “Tidak ada mobilisasi,” kata Ace yang ingin memastikan kampanye Jokowi-Ma'ruf Amin ini inklusif.

Analis Politik Exposit Strategic Arif Susanto mengatakan Jokowi maupun Prabowo ingin terlihat berbeda saat berkampanye. Jokowi ingin terlihat merakyat, sedangkan Prabowo hendak menampilkan kesan tegas. Keduanya juga berusaha membawa narasi berbeda: Jokowi membawa nilai positif dan Prabowo sebaliknya.

Sementara itu, Direktur Indopolling Network Wilhelmus Wempy mengatakan kampanye akbar dapat menjadi kartu Jokowi apabila yang bersangkutan menawarkan hal baru dan menarik simpati masyarakat yang belum menjatuhkan pilihan. Dari survei nasional Indopolling, saat ini angka undecided voters masih 10,1%.

Debat Pilpres Memaksimalkan Peluang Terakhir di Pemilih Muda

Meski dengan sejumlah cara, Arif melihat pemilih muda kurang mendapat perhatian saat kampanye dua calon. Jokowi dianggap kurang mampu menyentuh sisi kreatif mereka, sedangkan Prabowo yang didampingi Sandiaga Uno nyaris tak memiliki tawaran serius yang dapat dipertimbangkan kelompok ini. 

Dengan situasi penghabisan hari ini, Arif merasa kampanye terbuka dan debat menjadi panggung penghabisan Jokowi dan Prabowo untuk memberi keyakinan terhadap calon pemilih. Inilah peluang terakhir mereka untuk menyapu pemilih yang belum menentukan suara.

Dari data survei nasional bulan April yang dikeluarkan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Jokowi masih mengungguli Prabowo dengan rasio 56,8 % melawan 37 %. Meski demikian, perolehan suara Prabowo cenderung naik 5,2 % dari bulan Februari, sedangkan suara Jokowi turun 0,8% di periode yang sama.

Sedangkan survei nasional Alvara juga menunjukkan elektabilitas Jokowi cenderung turun 1,7 % dari bulan Februari ke April 2019. Adapun Prabowo relatif menikmati kenaikan elektabilitas 4,1 % di periode yang sama. Meski demikian, suara mantan Gubernur DKI Jakarta itu masih unggul 52,2 % versus 38,8 % suara yang didapat Prabowo. “Kampanye menyediakan ruang kreativitas dan tema ekonomi krusial, dieksplorasi secara tajam dalam debat,” kata Arif.

Andre menjanjikan Prabowo akan menejelaskan program ekonomi terbaru dalam debat bertemakan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial, Keuangan dan Investasi, serta Perdagangan dan Industri malam ini. Beberapa di antaranya penurunan tarif listrik usai 100 hari menjabat dan menurunkan harga bahan pokok sehingga meringankan beban ekonomi rumah tangga minimal Rp 50 ribu per hari.

Juru Bicara BPN yang lain, Dian Fatwa, menyatakan tim tidak pernah mempersiapkan setiap gestur yang keluar dari Prabowo. Namun untuk urusan substansi, mantan Pangkostrad itu sering berkomunikasi dengan sejumlah tokoh, seperti Sudirman Said selaku Direktur Materi dan Debat BPN. 

Prabowo juga sering bertukar pandangan dan menerima masukan dari Kwik Kian Gie dan Rizal Ramli. Keduanya pernah menjabat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Bahkan Rizal sempat menjadi anak buah Jokowi di posisi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman. Terakhir, putri proklamator Soekarno yakni Rachmawati Soekarnoputri kerap menjadi sparing partner Prabowo. “Kalau Ibu Rachmawati itu untuk masukan di bidang ideologi,” kata Dian.

Adapun Jokowi menutup rapat-rapat jurus yang akan dikeluarkan dalam debat pamungkas. Dia hanya meminta semua pihak menyaksikan ajang terakhir ini. Jokowi juga mengaku tak ada tim khusus yang mempersiapkan detail debat. “Pak Jokowi genuine  dan punya kecerdasan untuk menyampaikan narasinya secara pribadi,” kata Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto.

Mengantisipasi Blunder yang Berpotensi Mengubah Dukungan Capres

Meski menganggap peluang terakhir berada di kampanye dan debat, namun Arif dan Wempy memprediksi  elektabilitas suara di waktu terakhir ini tak akan bergeser secara signifikan. Arif mengatakan hanya blunder politik fatal, disinformasi, intimidasi, hingga masalah teknis pemilu yang mengakibatkan migrasi besar suara ke salah satu calon.

“Sulit membayangkan lonjakan elektabilitas pihak manapun,” kata Arif.

(Baca: Charta Politika: Undecided Voters Turun, Jokowi Ungguli Prabowo)

Sedangkan Wempy mengatakan hanya tsunami politik dengan kekuatan besar yang dapat memindahkan dukungan. Hal yang paling masuk akal adalah mempertahankan suara masing-masing sambil berharap lawan melakukan blunder di sisa waktu saat ini. 

“Telat untuk mengubah gaya, sudah senja, sebentar lagi malam tiba,” katanya.