Kebijakan maskapai menaikkan harga tiket tak lepas dari menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah. Hal ini otomatis berdampak pada naiknya beban operasional maskapai yang selama ini menggunakan dolar. Beban tersebut adalah biaya sewa pesawat yang berkontribusi 20% total biaya penerbangan. Kemudian biaya perawatan 10% dan biaya bahan bakar (avtur) yang mencapai 45%.

(Baca: Pertamina Jelaskan Harga Avtur yang Dituding Biang Tiket Pesawat Mahal)

Salah satu maskapai penerbangan nasional Citilink menyatakan setiap kenaikan harga avtur sebesar US$ 1 sen, bisa menambah beban keuangan perusahaan hingga US$ 4,7 juta. Direktur Utama Citilink Juliandra Nurtjahjo mengatakan sepanjang 2018 rata-rata harga avtur naik 18,18% menjadi US$ 0,65 per liter.

Adapun, setiap rupiah melemah Rp 100 per dolar AS akan mengurangi potensi pendapatan Citilink sebesar US$ 5,3 juta. Juliandra mengatakan fluktuasi rupiah, kenaikan harga minyak, ditambah sedikit biaya bandara membuat beban operasional Citilink membengkak sekitar US$ 102 juta. "Ini yang cukup berat bagi kami," kata Juliandra.

Tingginya biaya membuat maskapai penerbangan memutuskan menaikkan tarifnya. Apalagi, sejak 2016 harga tiket pesawat tak pernah naik, tapi biaya operasional penerbangan terus meningkat. Kesempatan menaikkan tarif terbuka saat akhir tahun lalu, saat terjadinya lonjakan penumpang. Tarif tiket penerbangan domestik mulai naik menjelang libur Natal 2018.

Saat ini kurs dolar sudah melemah dibandingkan tahun lalu. Sementara PT Pertamina (Persero) sudah bertemu dengan sejumlah maskapai untuk membahas penyesuaian harga avtur, meski belum bisa dipastikan harga bahan bakar ini akan turun. Namun, semua maskapai sudah sepakat menurunkan tarif penerbangan. (Baca: Maskapai Penerbangan Sepakat Turunkan Harga Tiket Pesawat)

Menurut Ketua Umum Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Akshara Danadiputra, maskapai penerbangan Indonesia sudah menurunkan tarif secara bertahap sejak Jumat (11/1). Keputusan ini menyusul protes yang dilakukan netizen melalui serangkaian petisi online di situs change.org. Salah satu petisi yang dibuat Iskandar Zulkarnain pada 18 Desember, meminta Presiden Jokowi menurunkan harga tiket pesawat, telah mendapat dukungan 242 ribu tanda tangan.

Akshara mengatakan penurunan tarif berlaku pada 34 maskapai yang tergabung dalam Inaca, diantaranya Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, dan Indonesia AirAsia. Penurunan harganya berbeda-beda, sesuai kebijakan masing-masing maskapai. Rentang penurunannya di kisaran 20% hingga 60%.

Dia memastikan meski menurunkan tarif, para maskapai tidak akan menurunkan pelayanannya. Dengan penurunan ini, maskapai masih mengantongi keuntungan bersih sekitar 1% hingga 2%. "Impact-nya tentu saja berpengaruh kepada kinerja, tapi kami sudah meminta semua airline untuk efisiensi," ujarnya saat konferensi pers di Jakarta, Minggu (13/1).

Meski Inaca telah mengumumkan penurunan tarif, ternyata harga tiket penerbangan domestik masih saja mahal. Berdasarkan penelusuran di sejumlah situs penjualan tiket pesawat, tarif penerbangan untuk 23 Januari 2019 dari Aceh ke Jakarta paling murah Rp 1,6 juta. Sementara jika transit ke Kuala Lumpur kemudian ke Jakarta, totalnya hanya Rp 1,1 juta.

Pengusaha biro perjalanan pun masih mengeluh. Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) mengungkapkan harga tiket untuk sejumlah rute, terutama Indonesia Timur masih tinggi. Bahkan, Asita Provinsi Riau menyatakan sejumlah biro perjalanan transportasi udara melakukan mogok tidak menjual tiket pesawat domestik selama sepekan. "Ini sebagai bentuk protes perusahaan tour and travel terhadap mahalnya harga tiket pesawat domestik pasca libur tahun baru 2019," kata Ketua Asita Riau Dede Firmansyah, seperti dikutip Antara, Rabu (16/1).

Mengutip Antara, Asita menyatakan mahalnya tarif penerbangan telah membuat penjualan tiket pesawat anjlok hingga 50%. Asita menyatakan sekitar 60% aktivitas orang yang ingin berwisata dipengaruhi oleh harga tiket pesawat. Jika tarifnya terlalu tinggi, orang akan berpikir ulang untuk melakukan kegiatan wisata atau bepergian ke daerah lain. Hal ini akan berpengaruh pada target pemerintah menjadikan industri pariwisata sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia.

(Kementerian Pariwisata)
Halaman: